Effect Salju

Bintang (cursor)

Paijo Speed (Cursor)

Seiring Kekuatan Besar Datang Tanggung Jawab Besar

Seiring Kekuatan Besar Datang Tanggung Jawab Besar

17 Februari 2015

EMPAT SAHABAT



https://scontent-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xaf1/v/t1.0-9/394305_125952317522920_848896486_n.jpg?oh=95756c904fd0a7a5ce2ae7a5f5d52756&oe=554F096E
Diantara jarak yang membentang, aku tersadar  jalinan yang telah terajut tidak boleh direnggangkan. Namun, bukan bearti persahabatan yang kami jalani mulus-mulus saja seperti jalan tol. Terkadang perselisihan menyusup diantara kami. Entah karena masalah  kecil maupun besar. Istimewanya, sebesar apapun perselisihan yang kami hadapi, Allah selalu membantu kami menyelesaikannya dengan kepala dingin.

Pada akhirnya, persahabtan bukan bearti harus bersama selamanya. Setelah semua lulus SMK kami memang sedikit berpisah. Abdul telah keterima kerja di salah satu perusahaan BUMN, Khusaini diterima disalah satu perusahaan di area Mranggen – Semarang, Suwardi bekerja dibidang kesehatan setelah ia lulus D3 Stekom, sedangkan aku sendiri masih duduk dibangku semester 3 di salah satu universitas di kota Semarang. Saat ini aku juga sambil bekerja di bidang jasa yang lebih tepatnya di Appraisal.

Karna aku sudah jarang berkumpul bersama dengan mereka, tak dapat ku pungkiri lagi, hubungan kami sedikit mulai merenggang. Aku selalu terlambat mendengar cerita-cerita tentang mereka. Ini terjadi karena kegiatan aktifitas ku sehari-hari tiada pernah henti. Di setiap senin hingga jumat aku lalui dengan bekerja, sedangkan dihari liburku di hari sabtu dan minggu tak bisa mengelak aku harus mengikuti perkuliahan.

Karena memang sekarang jamannya sudah berkembang dengan adanya teknologi yang setiap orang mampu untuk memiliknya, yaitu Handphone, jadi sekarang kita tidak perlu repot lagi untuk menanyakan kabar dan berbagi kabar. Dan aku yakin cepat atau lambat aku akan merindukan mereka disaat aku ada waktu. Dikehidupan ku yang sekarang ini yang memang harus bekerja keras penuh dengan tanggung jawab demi sepiring nasi dan uang untuk biaya kuliah, secara sendirinya aku tak pernah sadar akan kesibukan ku, semua berjalan dengan cepat dan instant. Setahun dua tahun aku telah mebiasakan diriku selalu dengan teman-teman baru ku, yang tak kalah eratnya dengan sahabat-sahabat ku yang lama.

Sudah hamper selesai semester 3 ku, namun didalam bekerja aku merasa tak seperti sebelumnya, profit ku semakin berkurang, aku merasa semakin dijauhkan dari rejeki-NYA. Ditengah kesuntukan ini, handphone ku berdering tanda SMS masuk, dan ternyata SMS dari khusaini menanyakan kabar dan berencana mengajak mengadakan pertemuan dengan kedua sahabat ku yang lain. Dihari yang telah direncanakan aku tidak bisa memenuhinya, mungkin karena dia kesal, semenjak itu tidak pernah ada kabar. Biarlah disini aku sudah menemukan duniakuyang baru, meskipun sedang ada masalah. Sampai akhirnya aku berniat mencari kerja sampingan guna memenuhi segala kebutuhanku, ini bukan hal yang aku impikan, karena sangat melenceng jauh dengan seharusnya waktu luang aku istirahat tapi ini tidak, aku harus mengisi waktu luangku dengan pekerjaan yang lain. Hingga akhirnya aku jatuh sakitkarena beban pikiran. Sore itu aku di antar oleh adik perempuan ku ke dokter untuk periksa. Kami duduk di deretan kursi panjang yang masih sepi, karena terlalu awal kami dating. Sambil menunggu dokter datang dank arena disebelah ku terdapat rak berisi majalah – majalah lama, ku ambil satu majalah berukuran mungil, ku bolak-balik halamannya, mencari – cari topik yang menarik. Hingga tanganku terhenti ketika aku membaca sebuah headline dengan warna hijau tua dihalaman tengah, “10 Dosa Besar Penghalang Rejeki”. Jantungku serasa dihantam. Aku sadar ada satu rejeki yang saat ini belum aku peroleh , jangan-jangan perbuatan ku selama ini tertulis didalam daftar tersebut. Dan ternyata benar, di sana tertulis salah satu dosa, yaitu memutus tali silaturahmi. Seketika aku teringat dengan ketiga sahabat lama ku, sikapku benar-benar keterlaluan, tidak pernah menanyakan kabar kepada mereka, seakan aku lupakan mereka. Tanpa sadar air mata mulai mengembang disudut mataku.
Saat perjalanan pulang badan ini terasa ringan, seperti ada beban yang terlepas. Sesampainya dirumah, aku segera mengangkat handphone ku. Ku tekan nomor phoneselnya, berharap ia masih mau berkomunikasi dengan ku.
”Assalamu’alaikum…?” Khusaini mengangkat phonselnya.
”Wa’alaikumsalam. Cah besok aku mau main kerumah mu, yang dikabari diajak kumpul bareng gih”.
”Ok, siap!!” Jawab ia lantang penuh semangat, sampai-sampai telengiku hamper sakit dibuatnya. Pagi hari tubuhku sudah kembali pulih, sudah saatnya menebus kesalahan besar ku pada sahabat-sahabat lama ku. Sudah terlalu lama aku mengabaikan mereka.
Alhamdulillah mereka masih sama seperti dulu. Sambutan mereka masih begitu hangat, sungguh merupakan anugrah.
Sesampai pulang dari pertemuan dengan sahabat-sahabat ku, tiba-tiba phonsel ku berdering, segera ku angkat , terdengar dengan jelas suara seseorang mengabarkan berita baik. “Pak, ini saya Yani yang waktu itu berkunjung dirumah bapak, saya dan suami saya telah setuju untuk membeli tanah yang bapak iklankan atau pasarkan, dan kami berharap Pak Yatno mempersiapkan dokumentasinya dan besok kita ketemu dikantor notaris di Bandungrejo”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar