Diantara jarak yang membentang,
aku tersadar jalinan yang telah terajut
tidak boleh direnggangkan. Namun, bukan bearti persahabatan yang kami jalani
mulus-mulus saja seperti jalan tol. Terkadang perselisihan menyusup diantara
kami. Entah karena masalah kecil maupun
besar. Istimewanya, sebesar apapun perselisihan yang kami hadapi, Allah selalu
membantu kami menyelesaikannya dengan kepala dingin.
Pada akhirnya, persahabtan bukan
bearti harus bersama selamanya. Setelah semua lulus SMK kami memang sedikit
berpisah. Abdul telah keterima kerja di salah satu perusahaan BUMN, Khusaini
diterima disalah satu perusahaan di area Mranggen – Semarang, Suwardi bekerja
dibidang kesehatan setelah ia lulus D3 Stekom, sedangkan aku sendiri masih
duduk dibangku semester 3 di salah satu universitas di kota Semarang. Saat ini
aku juga sambil bekerja di bidang jasa yang lebih tepatnya di Appraisal.
Karna aku sudah jarang berkumpul
bersama dengan mereka, tak dapat ku pungkiri lagi, hubungan kami sedikit mulai
merenggang. Aku selalu terlambat mendengar cerita-cerita tentang mereka. Ini
terjadi karena kegiatan aktifitas ku sehari-hari tiada pernah henti. Di setiap
senin hingga jumat aku lalui dengan bekerja, sedangkan dihari liburku di hari
sabtu dan minggu tak bisa mengelak aku harus mengikuti perkuliahan.
Karena memang sekarang jamannya
sudah berkembang dengan adanya teknologi yang setiap orang mampu untuk
memiliknya, yaitu Handphone, jadi sekarang kita tidak perlu repot lagi untuk
menanyakan kabar dan berbagi kabar. Dan aku yakin cepat atau lambat aku akan
merindukan mereka disaat aku ada waktu. Dikehidupan ku yang sekarang ini yang
memang harus bekerja keras penuh dengan tanggung jawab demi sepiring nasi dan
uang untuk biaya kuliah, secara sendirinya aku tak pernah sadar akan kesibukan
ku, semua berjalan dengan cepat dan instant. Setahun dua tahun aku telah
mebiasakan diriku selalu dengan teman-teman baru ku, yang tak kalah eratnya
dengan sahabat-sahabat ku yang lama.
Sudah hamper selesai semester 3
ku, namun didalam bekerja aku merasa tak seperti sebelumnya, profit ku semakin
berkurang, aku merasa semakin dijauhkan dari rejeki-NYA. Ditengah kesuntukan
ini, handphone ku berdering tanda SMS masuk, dan ternyata SMS dari khusaini
menanyakan kabar dan berencana mengajak mengadakan pertemuan dengan kedua
sahabat ku yang lain. Dihari yang telah direncanakan aku tidak bisa memenuhinya,
mungkin karena dia kesal, semenjak itu tidak pernah ada kabar. Biarlah disini
aku sudah menemukan duniakuyang baru, meskipun sedang ada masalah. Sampai
akhirnya aku berniat mencari kerja sampingan guna memenuhi segala kebutuhanku,
ini bukan hal yang aku impikan, karena sangat melenceng jauh dengan seharusnya
waktu luang aku istirahat tapi ini tidak, aku harus mengisi waktu luangku
dengan pekerjaan yang lain. Hingga akhirnya aku jatuh sakitkarena beban
pikiran. Sore itu aku di antar oleh adik perempuan ku ke dokter untuk periksa.
Kami duduk di deretan kursi panjang yang masih sepi, karena terlalu awal kami dating.
Sambil menunggu dokter datang dank arena disebelah ku terdapat rak berisi
majalah – majalah lama, ku ambil satu majalah berukuran mungil, ku bolak-balik
halamannya, mencari – cari topik yang menarik. Hingga tanganku terhenti ketika
aku membaca sebuah headline dengan warna hijau tua dihalaman tengah, “10 Dosa
Besar Penghalang Rejeki”. Jantungku serasa dihantam. Aku sadar ada satu rejeki
yang saat ini belum aku peroleh , jangan-jangan perbuatan ku selama ini
tertulis didalam daftar tersebut. Dan ternyata benar, di sana tertulis salah satu dosa, yaitu memutus
tali silaturahmi. Seketika aku teringat dengan ketiga sahabat lama ku, sikapku
benar-benar keterlaluan, tidak pernah menanyakan kabar kepada mereka, seakan
aku lupakan mereka. Tanpa sadar air mata mulai mengembang disudut mataku.
Saat perjalanan pulang badan ini
terasa ringan, seperti ada beban yang terlepas. Sesampainya dirumah, aku segera
mengangkat handphone ku. Ku tekan nomor phoneselnya, berharap ia masih mau
berkomunikasi dengan ku.
”Assalamu’alaikum…?” Khusaini
mengangkat phonselnya.
”Wa’alaikumsalam. Cah besok aku
mau main kerumah mu, yang dikabari diajak kumpul bareng gih”.
”Ok, siap!!” Jawab ia lantang
penuh semangat, sampai-sampai telengiku hamper sakit dibuatnya. Pagi hari
tubuhku sudah kembali pulih, sudah saatnya menebus kesalahan besar ku pada
sahabat-sahabat lama ku. Sudah terlalu lama aku mengabaikan mereka.
Alhamdulillah mereka masih sama seperti dulu. Sambutan mereka masih begitu hangat, sungguh merupakan anugrah.
Alhamdulillah mereka masih sama seperti dulu. Sambutan mereka masih begitu hangat, sungguh merupakan anugrah.
Sesampai pulang dari pertemuan
dengan sahabat-sahabat ku, tiba-tiba phonsel ku berdering, segera ku angkat ,
terdengar dengan jelas suara seseorang mengabarkan berita baik. “Pak, ini saya Yani
yang waktu itu berkunjung dirumah bapak, saya dan suami saya telah setuju untuk
membeli tanah yang bapak iklankan atau pasarkan, dan kami berharap Pak Yatno mempersiapkan
dokumentasinya dan besok kita ketemu dikantor notaris di Bandungrejo”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar