Ada suatu masa ketika kita merasa, usaha keras bukanlah alasan mutlak Allah menurunkanrahmat-NYA.
Memang, tidak akan ada hasil tanpa usaha. Namun, yang sering manusia lupa kebaikan akhlak bukanlah hanya soal kuatnya otot dan cemerlangnyapikiran.
Ia adalah representasi tingginya keimanan seseorang. Keyakinankepada Sang Mahabijaksana.
Dalam ramai terkadang manusia lupa, kenikmatan itu bukan hanya persoalan materi. Ia juga menyangkut masalah hati.
Betapa orang yang tampak payah lebih bahagia dari pada ia yang terlihat perkasa. Dan yang tampak sempurna tak lebih bahagia dari yang sekadarnya.
Maka, bersyukur memang bukan masalah berapa banyak hasil yang didapat. Tapi, seberapa makna nikmat itu bagi kehidupan seseorang.
Seberapa ia mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Hingga naiklah tingkat keyakinan kepada Sang Mahakuasa.
Kemudian, setelah hening itu datang barulah manusia tersadar, setiap perbuatan itu akan kembali pada dirinyasendiri.
Barang siapa berbuat kebaikan, itulah yang ia dapatkan. Barang siapa berbuat sebaliknya, serupalah yang menghampirinya.
Maka, manusia memang harusnya kembali, melihat keteladanan Sang Rasul.
Memang, tidak akan ada hasil tanpa usaha. Namun, yang sering manusia lupa kebaikan akhlak bukanlah hanya soal kuatnya otot dan cemerlangnyapikiran.
Ia adalah representasi tingginya keimanan seseorang. Keyakinankepada Sang Mahabijaksana.
Dalam ramai terkadang manusia lupa, kenikmatan itu bukan hanya persoalan materi. Ia juga menyangkut masalah hati.
Betapa orang yang tampak payah lebih bahagia dari pada ia yang terlihat perkasa. Dan yang tampak sempurna tak lebih bahagia dari yang sekadarnya.
Maka, bersyukur memang bukan masalah berapa banyak hasil yang didapat. Tapi, seberapa makna nikmat itu bagi kehidupan seseorang.
Seberapa ia mampu mengambil pelajaran dari setiap peristiwa. Hingga naiklah tingkat keyakinan kepada Sang Mahakuasa.
Kemudian, setelah hening itu datang barulah manusia tersadar, setiap perbuatan itu akan kembali pada dirinyasendiri.
Barang siapa berbuat kebaikan, itulah yang ia dapatkan. Barang siapa berbuat sebaliknya, serupalah yang menghampirinya.
Maka, manusia memang harusnya kembali, melihat keteladanan Sang Rasul.
Copy From Majalah "EMBUN"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar