Materi Mata Kuliah MSDM
KEPEMIMPINAN & PRODUKTIFITAS SDM
Oleh :
Nama NIM
1. Pujiyatno :
B.133.13.0040
2. Muhammad Nur Soleh :
B.133.13.0042
3. Tomi Prastiyo :
B.133.13.0056
4. Brurino Nur Kamto : B.133.13.0061
5. Ainur Mufid :
B.133.13.0065
6. Sugeng Suryadi :
B.133.13.0093
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
Jl.Arteri Soekarno – Hatta Tlogosari
Semarang, 50196
2014
BAB I
KEPEMIMPINAN
I. PEN'ERTIAN KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)
Banyak definisi kepemimpinan yang menggambarkan asumsi bahwa kepemimpinan
dihubungkan dengan proses mempengaruhi orang baik individu maupun masyarakat.
Dalam kasus ini, dengan sengaja mempengaruhi dari orang ke orang lain dalam
susunan aktivitasnya dan hubungan dalam kelompok atau organisasi. John C.
Maxwell mengatakan bahwa inti kepemimpinan adalah mempengaruhi atau mendapatkan
pengikut.
Pemimpin adalah inti dari manajemen. Ini berarti bahwa manajemen akan
tercapai tujuannya jika ada pemimpin. Kepemimpinan hanya dapat
dilaksanakan oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah seseorang yang
mempunyai keahlian memimpin, mempunyai kemampuan mempengaruhi
pendirian/pendapat orang atau sekelompok orang tanpa menanyakan
alasan-alasannya. Seorang pemimpin adalah seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin pekerjaan
untuk mencapai tujuan bersama-sama.
II. PERANAN KEPEMIMPINAN
A.
TUGAS DAN PERAN PEMIMPIN
Menurut James A.F Stonen, tugas utama seorang pemimpin :
-
Pemimpin bekerja dengan orang lain, Seorang
pemimpin bertanggung jawab untuk bekerja dengan orang lain, salah satu dengan
atasannya, staf, teman sekerja atau atasan lain dalam organisasi sebaik orang
diluar organisasi.
-
Pemimpin adalah tanggung jawab dan
mempertanggungjawabkan (akontabilitas), Seorang pemimpin
bertanggungjawab untuk menyusun tugas menjalankan tugas, mengadakan evaluasi,
untuk mencapai outcome yang terbaik. Pemimpin bertanggung jawab untuk kesuksesan
stafnya tanpa kegagalan.
-
Pemimpin menyeimbangkan pencapaian tujuan
dan prioritas, Proses kepemimpinan dibatasi sumber, jadi pemimpin harus
dapat menyusun tugas dengan mendahulukan prioritas. Dalam upaya pencapaian
tujuan pemimpin harus dapat mendelegasikan tugas-tugasnya kepada
staf. Kemudian pemimpin harus dapat mengatur waktu secara efektif,dan
menyelesaikan masalah secara efektif.
-
Pemimpin harus berpikir secara analitis dan konseptual, Seorang pemimpin harus menjadi seorang
pemikir yang analitis dan konseptual. Selanjutnya dapat mengidentifikasi
masalah dengan akurat. Pemimpin harus dapat menguraikan seluruh pekerjaan
menjadi lebih jelas dan kaitannya dengan pekerjaan lain.
-
Pemimpin adalah seorang mediator, Konflik selalu terjadi pada setiap tim dan
organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus dapat menjadi seorang
mediator (penengah)
-
Pemimpin adalah politisi dan diplomat, Seorang pemimpin harus mampu mengajak dan
melakukan kompromi. Sebagai seorang diplomat, seorang pemimpin harus
dapat mewakili tim atau organisasinya.
-
Pemimpin membuat keputusan yang sulit, Seorang
pemimpin harus dapat memecahkan masalah.
Menurut Henry Mintzberg, Peran Pemimpin adalah :
-
Peran hubungan antar perorangan, dalam
kasus ini fungsinya sebagai pemimpin yang dicontoh, pembangun tim, pelatih,
direktur, mentor konsultasi.
-
Fungsi Peran informal sebagai
monitor, penyebar informasi dan juru bicara.
-
Peran Pembuat keputusan,
berfungsi sebagai pengusaha, penanganan gangguan, sumber alokasi, dan
negosiator
B. Peran
Pemimpin Dalam Total Quality Management
Secara singkat TQM dapat didefinisikan sebagai suatu sistem
manajemen dimana seluruh pelaku organisasi memiliki komitmen untuk memberikan
kepuasan kepada pelanggan melalui perbaikan atau peningkatan secara
berkelanjutan .
Salah satu elemen
TQM yang akan kami kemukakan adalah Kepemimpinan , Definisi
Kepemimpinan dalam konsep TQM adalah Kemampuan membangkitkan semangat
orang lain agar bersedia dan memiliki tanggung jawab total terhadap usaha
mencapai atau melampaui tujuan organisasi.
Kepemimpinan
TQM dapat didefinisikan juga sebagai Upaya mencari masukan
dari karyawan yg diberdayakan, mempertimbangkan masukan dan bertindak
berdasarkan masukan yang meliputi :
1.
Rasa tanggung jawab yg besar
2.
Disiplin pribadi
3.
Bersifat jujur
4.
Memiliki kredibilitas tinggi
5.
Menggunakan akal sehat (lebih fleksibel)
6.
Memiliki energi dan stamina tinggi
7.
Memegang teguh komitmen terhadap tujuan organisasi
8.
Setia & tabah dalam menghadapi segala situasi
C.
Teori Kepemimpinan
Tiga teori yang
menjelaskan munculnya pemimpin adalah sebagai berikut (Kartono, 1998:29) :
- Teori Genetis menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat alami yang luar biasa sejak lahirnya. 2) Dia ditakdirkan lahir menjadi pemimpin dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun juga, yang khusus. 3) Secara filsafat, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
- Teori Sosial (lawan Teori Genetis) menyatakan sebagai berikut : 1) Pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja. 2) Setiap orang bisa menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta didorong oleh kemauan sendiri.
- Teori Ekologis atau Sintetis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori tersebut lebih dahulu), menyatakan sebagai berikut : Seseorang akan sukses menjadi pemimpin bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalaman dan usaha pendidikan; juga sesuai dengan tuntutan lingkungan/ekologisnya.
D.
Kelebihan Pemimpin
Menurut Stogdill
dalam Lee (1989), menyatakan bahwa pemimpin itu harus memiliki beberapa
kelebihan, yaitu :
- Kapasitas: kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara atau verbal facility, keaslian, kemampuan menilai.
- Prestasi (Achievement) : gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan, perolehan dalam olah raga, dan atletik, dan sebagainya.
- Tanggung Jawab : mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri, agresif, dan punya hasrat untuk unggul.
- Partisipasi : aktif, memiliki sosiabilitas tinggi, mampu bergaul, kooperatif atau suka bekerjasama, mudah menyesuaikan diri, punya rasa humor.
- Status : meliputi kedudukan sosial ekonomi yang cukup tinggi, populer, tenar.
Menurut Ishak
Arep dan Tanjung (2003:93) bahwa kepemimpinan (leadership) adalah
kemampuan seseorang untuk menguasai atau mempengaruhi orang lain atau
masyarakat yang berbeda-beda manuju pencapaian tertentu.
Jadi
kepemimpinan atau leadership ini merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki oleh
seorang pemimpin (leader), yang dalam penerapannya mengandung konsekuensi
terhadap diri dalam penerapannya mengandung konsekuensi terhadap diri si
pemimpin, antara lain sebagai berikut :
- Harus berani mengambil keputusan sendiri secara tegas dan tepat (decision making)
- Harus berani menerima resiko sendiri
- Harus berani menerima tanggung jawab sendiri (The Principle of Absolutenes of Responsibility).
E.
Gaya
Kepemimpinan
Selanjutnya
Ishak Arep dan Tanjung (2003:23) menyatakan bahwa dalam mencapai tujuan
sebagaimana telah dikemukakan diatas, yakni untuk dapat menguasai atau
mempengaruhi serta memotivasi orang lain, maka dalam penerapan Manajemen Sumber
Daya Manusia lazimnya digunakan 4 (empat) macam gaya kepemimpinan, yaitu :
- Dictatorial atau Autocratic Leadership, yakni suatu gaya leadership yang menityikberatkan kepada kesanggupan untuk memaksakan keinginannya yang mampu mengumpulkan pengikut-pengikutnya untuk kepentingan pribadinya dan/atau golongannya dengan kesediaan untuk menerima segala resiko apapun.
- Paternalistic Leadership, yakni bentuk antara gaya pertama (democratic) dan kedua (dictatorial) diatas. Yang pada dasarnya kehendak pemimpin juga harus berlaku, namun dengan jalan atau melalui unsur-unsur demokratis. Sistem dapat diibaratkan diktator yang berselimutkan demokratis.
- Free Rein Leadership, yakni salah satu gaya kepemimpinan yang 100% menyerahkan sepenuhnya seluruh kebijakan pengoperasian Manajemen Sumber Daya Manusia kepada bawahannya dengan hanya berpegang kepeda ketentuan-ketentuan pokok yang ditetapkan oleh atasan mereka. Pimpinan disini hanya sekedar mengawasi dari atas dan menerima laporan kebijaksanaan pengoperasian yang telah dilaksan
- Democratic Leadership adalah suatau gaya kepemimpinan yang menitikberatkan kepada kemampuan untuk menciptakan moral dan kemampuan untuk menciptakan kepercayaan
- akan oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan ini terutama diterapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
F.
Tipe Kepemimpinan
Tipe
kepemimpinan bermacam-macam, misalnya tipe kharismatis, paternalistis,
militeristis, otokratis, laissez faire, populistis, administratif, dan
demokratis. Tipe pemimpin yang dikemukakan oleh W.J. Reddin dalam What Kind
of Manager yang disunting oleh Wajosumidjo (Dept. P & K, Pusat
Pendidikan dan Latihan Pegawai, 1982), yaitu:
- Berorientasikan tugas (task orientation)
- Berorientasikan hubungan kerja (relationship orientation)
- Berorientasikan hasil yang efektif (effective orientation)
Berdasarkan
ketiga orientasi tipe pemimpin tersebut maka terdapat delapan tipe
kepemimpinan, yaitu :
- Tipe Deserter (Pembelot) Sifatnya : bermoral rendah, tidak memiliki rasa keterlibatan, tanpa pengabdian, tanpa loyalitas dan kekuatan, sukar diramalkan.
- Tipe Birokrat Sifatnya : correct, kaku, patuh pada peraturan dan norma-norma; ia adalah manusia organisasi yang tepat, cermat, berdisiplin, dan keras.
- Tipe Misionaris (Missionary) Sifatnya : terbuka, penolong, lembut hati, ramah tamah.
- Tipe Developer (Pembangun) Sifatnya : kreatif, dinamis, inovatif, memberikan/melimpahkan wewenang dengan baik, menaruh kepercayaan pada bawahan.
- Tipe Otokrat Sifatnya : keras, diktatoris, mau menang sendiri, keras kepala, sombong. Bandel.
- Benevolent Autocrat (otokrat yang bijak) Sifatnya : lancar, tertib, ahli dalam mengorganisir, besar rasa keterlibatan diri.
- Tipe Compromiser (kompromis) Sifatnya : plintat plintut, selalu mengikuti angin tanpa pendirian, tidak mempunyai keputusan, berpandangan pendek dan sempit.
- Tipe Eksekutif Sifatnya : bermutu tinggi, dapat memberikan motivasi yang baik, berpandangan jauh, tekun.
G.
Perbedaan Manager dan Pemimpin
Seorang manajer belum tentu dapat menjadi seorang
pemimpin, tetapi seorang pemimpin dituntut untuk dapat berperan sebagai manajer
(berfungsi mengatur). Agar mampu bertahan di era perubahan dan persaingan
global sekarang ini, organisasi atau perusahaan memerlukan seorang pemimpin,
bukan lagi manajer. Tidak hanya pemimpin di level management,
tetapi tiap-tiap individu yang ada di dalam organisasi setidaknya diharapkan
dapat menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Berikut perbedaan antara
manajer dan pemimpin menurut Manik Cinderano:
Perbedaan Manajer dan Pemimpin
Manajer
|
Pemimpin
|
Mengatur
|
Menginovasi
|
Jiplakan
|
Orisinil
|
Memelihara
|
Mengembangkan
|
Mengandalkan kontrol
|
Mengilhami/memotivasi
|
Berpandangan sempit
|
Memiliki Perspektif luas
|
Bertanya bagaimana dan kapan
|
Bertanya apa dan mengapa
|
Menerima status quo
|
Menentang status quo
|
Menaiki tangga dengan efektif
|
Menciptakan anak tangga dan meletakkan di tempat
yang benar
|
Mengerjakan berbagai hal dengan tepat
|
Mengerjakan hal yang tepat
|
Dalam fungsi manajemen, seorang manajer dan
pemimpin melaksanakan tugas-tugas manajemen secara berbeda. Secara lebih
detail fungsi-fungsi perencanaan yang dilakukan manajer dan pemimpin dapat
dibedakan sebagai berikut:
Fungsi Manajemen
|
Manajer
|
Pemimpin
|
Perencanaan
|
-
Merencanakan
-
Membuat anggaran biaya
-
Menetapkan target
-
Menetapkan langkah-langkah teknis
-
Mengalokasikan sumberdaya
|
-
Mengembangkan strategi
-
Menetapkan arahan
-
Menciptakan visi dan misi
|
Pengorganisasian
|
-
Membuat struktur
-
Membuat deskripsi pekerjaan
-
Melakukan staffing
-
Mendelegasikan tugas
-
Memberikan training
|
-
Mengajak orang-orang untuk melaksanakan strategi
-
Menjalin komunikasi
-
Menjalin jaringan kerjasama
|
Pengarahan
|
-
Mengatasi masalah
-
Melakukan negosiasi
-
Melakukan konsensus
|
-
Memberdayakan sdm
-
Memberikan motivasi
|
Pengawasan
|
-
Menerapkan sistem pengendalian dari perusahaan
-
Menilai kinerja
|
-
Memberikan motivasi
-
Memberikan inspirasi
|
BAB II
PRODUKTIFITAS SUMBER
DAYA MANUSIA
I.
Pengertian Produktivitas Kerja
Produktivitas merupakan faktor
yang sangat penting dalam mempertahankan dan mengembangkan suatu organisasi atau perusahaan. Melalui
pendekatan produktivitas suatu organisasi akan timbul dan berkembang sehingga
dapat bersaing baik dalam lingkup domestik maupun dalam lingkungan
internasional serta dapat memberikan kontribusi sosial yang layak kepada
masyarakat.
Pengertian Produktivitas
Sumber Daya Manusia adalah sikap mental (attitude of mind) yang mempunyai
semangat untuk melakukan peningkatan perbaikan. Dalam Laporan Dewan
Produktivitas Nasional tahun 1983 dalam buku Sedarmayanti (2001), dikatakan
bahwa: “Produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang mempunyai
pandangan: ‘mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin dan hari
esok lebih baik dari hari ini”.
Sedangkan menurut Ahmad Tohar
(2002), pernyataan mengenai produktivitas sumber daya manusia
adalah:“Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian perbandingan antara
hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja persatuan waktu”.
Berdasarkan pengertian di atas ditarik
kesimpulan bahwa produktivitas sumber daya manusia merupakan cara meningkatkan
kemampuan seseorang untuk mencapai hasil kerja yang diharapkan berdasarkan
potensi sumber daya yang ada pada manusia tersebut.
Ravianto (1990) dalam bukunya
Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia, menyatakan bahwa produktivitas
merupakan kunci pendorong vitalitas dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa, dan
mutu kehidupan suatu bangsa tidak ditentukan oleh kekayaan sumber daya alamnya,
melainkan oleh tingginya tingkat produktivitas masyarakatnya.
Pengertian produktivitas seperti yang dikutip Ravianto
(1990) dari ” Rome Conference European Productivity Agency ” tahun 1958
disebutkan :
1. Produktivitas
adalah tingkat efisiensi dan efektivitas dari penggunaan elemen produksi.
2. Produktivitas
merupakan sikap mental, sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa
yang telah ada. Satu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan lebih
baik dari hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik daripada hari
ini. Selanjutnya dikatakan bahwa produktivitas adalah sikap mental yang
mementingkan usaha terus menerus untuk menyesuaikan aktivitas ekonomi terhadap
kondisi yang berubah. Sikap mental untuk menerapkan teori-teori serta
metode-metode baru dan kepercayaan yang teguh akan kemajuan umat manusia.
Menurut Siagian (1995) yang dimaksud
produktivitas adalah ” kemampuan memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari
sarana dan prasarana yang tersedia dengan menghasilkan keluaran (output) yang
optimal bahkan kalau mungkin yang maksimal ”.
Nawawi dan Martini (1990) mengemukakan
bahwa produktivitas kerja tidak dapat terwujud jika personel hanya dituntut
menunaikan kewajiban atau tanggung jawabnya tanpa memenuhi hak yang seharusnya
diterima. Sebaliknya produktivitas kerja juga tidak akan terwujud, jika
personel hanya menuntut haknya tanpa menjalankan kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagaimana seharusnya.
Dari kedua definisi diatas dapat
disimpulkan jika karyawan telah melaksanakan tugas kewajiban dan tanggung
jawabnya maka selayaknyalah kepentingan pribadinya sebagai tenaga kerja dan
secara manusiawi mendapat pelayanan yang baik dan lancar, kondisi ini
memungkinkan timbulnya kepuasan kerja yang berpengaruh kepada dedikasi,
loyalitas moral, dan semangat kerja yang tinggi akan membentuk disiplin kerja
yang tinggi pula dan hal ini tercermin dalam kesediaan dan kesungguhan karyawan
menunaikan pekerjaannya yang akan bermuara pada peningkatan produktivitas
kerja. Produktivitas kerja juga mengandung pengertian sebagai suatu
perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan persatuan
waktu. Peran serta karyawan dapat tercermin melalui keterlibatannya,
kecakapannya dan kemampuannya dalam melaksanakan pekerjaan untuk tujuan yang
telah ditetapkan.
Meningkatkan produktivitas adalah
penting sekali, karena dengan demikian kesejahteraan dapat ditingkatkan sampai
pada tingkat penggunaan faktor-faktor produksi yang jumlahnya sama. Namun
demikian meningkatkan produktivitas tidak akan dapat tercapai secara langsung,
melainkan hanya bisa dicapai melalui perubahan perilaku faktor-faktor
produksinya.
Peningkatan produktivitas merupakan
masalah sistem dalam arti tertentu, karena banyak segi dari pekerjaan dan
kegiatan perusahaan yang mempunyai dampak terhadap produktivitas tenaga kerja.
Pada kebanyakan perusahaan, jarang ditemui adanya kegiatan, teknik atau metode
tanggal yang merupakan satu-satunya landasan bagi peningkatan produktivitas,
pada umumnya sejumlah kombinasi dan teknik dan metode dianggap merupakan sarana
yang paling efisien untuk meningkatkan produktivitas.
II.
Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja (SDM)
Dalam
literatur ekonomi sumber daya manusia, produktivitas tenaga kerja menunjukkan
kemampuan seseorang tenaga kerja atau pekerja untuk menghasilkan sejumlah
output dalam satu satuan waktu tertentu. Produktivitas tenaga kerja tersebut
dapat merupakan ukuran efisiensi pemanfaatan tenaga kerja. Hal ini mengingat
bahwa secara nyata, seorang pekerja dalam melakukan pekerjaannya belum tentu memanfaatkan
seluruh kemampuan yang dimilikinya.
Ananta,
dalam (Kasnawi,2006) mengemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja adalah
pencerminan dari mutu tenaga kerja jika hal-hal lain dianggap tetap sama.
Menurutnya, perubahan (peningkatan) produktivitas kerja dapat terjadi karena
pengaruh beberapa hal yaitu:
a. Sumber daya alam yang tersedia dalam jumlah yang lebih besar
atau mutu yang lebih baik.
b. Sumber daya modal fisik tersedia dalam jumlah yang lebih
banyak atau mutu yang lebih baik
c. Mutu modal manusia itu sendiri yang meningkat.
d. Kondisi dan lingkungan kerja yang lebih baik.
Ada banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja maupun
yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan pemerintah secara
keseluruhan. Menurut Balai Pengembangan Produktivitas Daerah dalam buku
Sedarmayanti (2001), adalah sebagai berikut:
“Enam
faktor utama yang menentukan produktivitas tenaga kerja, adalah:
- Sikap kerja, seperti:kesediaan untuk bekerja secara bergiliran (shift work), dapat menerima tambahan tugas dan bekerja dalam satu tim.
- Tingkat keterampilan, yang ditentukan oleh pendidikan, latihan dalam manajemen dan supervisi serta keterampilan dalam teknik industri.
- Hubungan antara kerja dan pimpinan organisasi yang tercermin dalam usaha bersama antara pimpinan organisasi dan tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas melalui lingkaran pengawasan mutu (quality control circles) dan panitia mengenai keja unggul.
- Manajemen produktivitas, yaitu: manajemen yang efisien mengenai sumber dan sistem kerja untuk mencapai peningkatan produktivitas.
- Efisiensi tenaga kerja, seperti: perencanaan tenaga kerja dan tambahan tugas.
- Kewiraswastaan, yang tercermin dalam pengambilan resiko, kreativitas dalam berusaha, dan berada pada jalur yang dalam berusaha.”
Peranan
sumber daya alam dalam dalam peningkatan produktivitas baik dilihat dari jumlah
maupun mutunya memang sangat penting. Namun kenyataan memperlihatkan bahwa
faktor peranan tersebut tidak selalu sama di setiap Negara. Sebagai ilustrasi,
Singapura adalah sebuah negara kecil yang memiliki sumber daya alam yang sangat
minim, namun dikenal sebagai negara yang telah berhasil memperlihatkan bahwa
keterbatasan sumber daya alam bukan penghalang untuk meningkatkan produktivitasnya.
Wiyono,
dalam (Kasnawi,2006) mengemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi
oleh enam hal, yaitu:
a. Perkembangan
barang modal per pekerja.
b. Perbaikan
tingkat ketrampilan, pendidikan dan kesehatan pekerja.
c. Meningkatkan
skala usaha.
d. Perpindahan
pekerja antar jenis kegiatan.
e. Perubahan
komposisi output dari tiap sektor atau sub sektor.
f. Perubahan
teknik produksi.
Basri,
dalam (Kasnawi,2006) mengemukakan bahwa tinggi rendahnya produktivitas tenaga
kerja juga dipengaruhi oleh pemanfaatan kapasitas dari berbagai sektor produksi
guna mencapai pertumbuhan ekonomi. karena pemanfaatan kapasitas rendah, maka
produktivitas rendah. Jadi dengan demikian, produktivitas tenaga kerja secara
umum ditentukan oleh beberapa komponen, yaitu:
Unsur
tenaga kerja itu sendiri, termasuk metode kerjanya, kesehatannya, tingkat
pendidikannya, kebiasaannya, dan pemahaman terhadap pelaksanaan kegiatan
usahanya, kompensasi kerja (upah dan gaji) dan lain sebagainya yang bersumber
dari diri tenaga kerjanya.
1. Kapasitas
produksi dari setiap sektor produksi.
2. Peralatan
atau fasilitas penunjang tenaga kerja ( teknologi ).
3. Produktivitas
tenaga kerja sangat dipengaruhi oleh faktor dari dalam dan luar lingkungan
perusahaan.
Hal ini disebabkan oleh
interaksi yang kuat antara organisasi perusahaan dengan lingkungan,
faktor-faktor tersebut biasanya saling berkaitan dan berpengaruh satu dengan
yang lain.
III.
Manfaat Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas merupakan sesuatu yang
diharapkan oleh perusahaan karena peningkatan produktivitas adalah salah satu
tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Menurut Sedarmayanti (2001), manfaat
peningkatan produktivitas bagi karyawan dan bagi perusahaan diantaranya:
- Meningkatnya pendapatan dan jaminan sosial lainnya.
- Meningkatnya hasrat dan martabat serta pengakuan terhadap potensi individu.
- Meningkatkan motivasi kerja dan keinginan berprestasi.
- Memperkuat daya saing masyarakat karena dapat memproduksi dengan
- Biaya yang lebih rendah dan mutu poduksi lebih baik.
- Menunjang kelestarian dan pengembangan orang atau peusahaan karena dengan meningkatkan produktivitas memungkinkan organisasi atau perusahaan memperoleh keuntungan yang dapat dimanfaatkan untuk investasi baru.
- Menunjang hubungan industri yang lebih baik.
- Membantu perluasan kesempatan kerja. Hal ini karena keuntungan yang diperoleh dapat dimanfaatkan untuk ekspansi perusahaan yang berarti membutuhkan tenaga kerja baru.”
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa
manfaat peningkatan produktivitas dapat dirasakan oleh seluruh aspek perusahaan
baik untuk manajemen perusahaan maupun untuk karyawan pada perusahaan dimana
peningkatan produktivitas ini merupakan pencapaian tujuan yang diharapkan oleh
perusahaan.