Bukan hanya
di iklan saja kalimat ini dilontarkan, namun di kehidupan nyata sehari-hari
juga hampir sering kalimat ini terucap, terutama dalam hal hubungan suka sama
suka dengan seseorang. Ucapan mungkin bisa saja berbohong, karna ucapan bisa
saja dibuat-buat sedangkan yang namanya hati atau perasaan tak akan bisa
dibuat-buat semua secara sepontan dan dengan sendirinya.
Misalnya,
seseorang punya rasa suka cinta yang mendalam kepada lawan jenis, walau mereka
sebenarnya hanya berteman, namun seseorang itu tak akan mampu bisa untuk
menutupi sikapnya yang terlihat aneh, itu sudah jelas dan pasti. Sikap grogi,
salting, malu-malu, demam, suka mengalihkan pembicaraan dan juga selalu salah
sambung dalam berkomunikasi. Kalian para pembaca pun pasti juga pernah
mengalaminya bukan. Hal semacam ini memang sebenarnya wajar dan wajar, tak ada
salah nya teman mencintai teman, e’eitttss….. tapi teman nya musti lawan jenis,
karna yang dibahas disini bukan yang sejenis lho.
Teman mencintai teman memang wajar, dan itu malah lebih menjadi hubungan yang istimewa, karna keduanya sudah jelas sama-sama mengetahui karakter lawannya. Kecuali jikalau dari salah satu pihak tidak merasa suka pun cinta, yang ada bisa-bisa hubungan pertemanan menjadi hancur karna disalah satunya mengungkapkan rasa dan lawannya menolak karna ia menginginkan pertemanan saja, dan sangkanya lawannya itu telah merusak hubungan pertemanan yang memang telah dijalin sekian lama.
Kalau memang si dia tidak mau menerima, lontarkan saja kalimat yang jika memang belum bisa menerima atau tidak bisa menerima paling tidak pertemanan masih tetap berjalan, dan adakala labih baiknya hubungan tersebut lebih terjaga dari pada sebelumnya. Sehingga semua nya sama-sama mengerti dan memahami tentang tindakan apa yang seharusnya dilakukan kelak, bukan menghindar, bukan membenci namun menyayangi. Itu baru teman yang hebat, dan bisa disebut pula SAHABAT.
Ibarat makan,
jikalau memang ternyata yang kita makan itu rasanya tidak enak, mengapa kita
musti berkata bahwa makanannya enak hanya sekedar menutupi atau memuji yang
memasak, padahal seandainya hal itu terjadi terus-menerus siapa juga yang rugi?
Jelas yang makan kan?
Kalau memang makanan itu tidak enak, lontarkan saja tidak enak, siapa tau yang
memasak bisa memperbaiki resepnya, dan sama persis dengan perasaan, kalau suka
pun cinta ungkapkan saja dan tidaklah perlu menunggu lama, kalau lama-lama di
diamkan, lama-lama siapa pula yang rugi jika si dia terlanjur di tembak sama
orang lain.
Semua itu “Karna Rasa Tidak Pernah Bohong”.
Semua itu “Karna Rasa Tidak Pernah Bohong”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar