BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Permintaan pasar suatu barang adalah merupakan penjumlahan permintaan individual konsumen terhadap suatu barang yang tidak terlepas dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang tersebut.
Dalam mempelajari perilaku konsumen ada 2 pendekatan yaitu :
Pendekatan kardinal
Pendekatan ordinal
Anggapan 2 pendekatan tersebut bahwa seorang konsumen bersikap rasional berarti seorang konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan total dari barang yang dikonsumsinya dengan batasan anggaran yang ada.
4.1. Pendekatan Kardinal
Asumsi dalam analisis perilaku konsumen dengan pendekatan cardinal adalah :
Bahwa kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan (misal jumlah uang). Dengan demikian setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (marginal utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus, ini desebut dengan hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun ( law of dimishing marginal utility).
Menurut pendekatan kardinal seorang konsumen yang mengkonsumsi barang X akan memperoleh kepuasan yang maksimum apabila tambahan kepuasan yang ia peroleh dari barang X sama dengan harga barang X. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dimana :
MUX : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
PX : harga barang X
Apabila seorang konsumen mengkonsumsi beberapa macam barang, misal X1, X2…,Xn dengan batasan anggaran yang tersedia, maka kepuasan maksimum dari konsumsinya diperoleh apabila perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang satu sama dengan perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang lain.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dengan batasan :
Keterangan :
MUx1, MUx2, MUx3, ---,MUxn : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X1, X2, X3, ---, Xn
Px1, Px2, Px3, ---, Pxn : harga barang X1, X2, X3, ---, Xn
I : anggaran yang tersedia untuk membeli barang X1, X2, X3, ---, Xn
Kurva permintaan dapat digambar dengan menggunakan pendekatan kardinal.
Contoh : seorang konsumen mengkonsumsi barang X. tambahan kepuasan yang diperoleh selalu menurun dengan bertambahnya barang X yang dikonsumsi. Oleh karena itu tambahan kepuasan (MU) kurvanya menurun ke kanan (mempunyai kemiringan negatif). Lihat pada grafik 1.
Gambar 4.1. Grafik 1 dan grafik 2
Grafik 2 menunjukkan harga dan jumlah barang yang dikonsumsi. Pada tingkat harga P0, konsumen akan mengkonsumsi barang X sebanyak X0, karena pada kondisi ini konsumen memperoleh kepuasan yang maksimal (MUx = Px).
Titik A pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen, karena pada titik itu menunjukkan konsumen memperoleh kepuasan yang maksimum.
Apabila harga barang X turun menuju P1, maka konsumen cenderung menambah jumlah barang X yang dikonsumsi. Tujuannya agar dapat mempertahankan keadaan keseimbangan (memperoleh kepuasan yang maksimum), yaitu P1 = MUX1. Titik B pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen pada saat harga P1. Apabila titik A dan B dihubungkan akan diperoleh kurva permintaan konsumen terhadap barang X dengan asumsi kurva permintaannya linier (untuk mempermudah penurunan kurva permintaan). Kurva permintaan mempunyai slope negatif (<0). Ini memberikan indikasi bahwa hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta negatif. Artinya perubahan harga berlawanan arah dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.
Hukum permintaan :
Semakin tinggi harga suatu barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang diminta semakin banyak (cateris paribus).
Pendekatan kardinal mempunyai kelemahan karena menggunakan anggapan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan. Kenyataannya pengukuran kepuasan dengan cara ini sangat sulit. Untuk mengatasi kelemahan ini diformulasikan pendekatan ordinal.
4.2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kardinal beranggapan kepuasan konsumen dapat diukur secara kondirol (absolut), akan tetapi kepuasan hanya mungkin dapat diukur dengan angka ordinal (relatif). Oleh karena itu pendekatan ordinal digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan kardinal. Asumsi pendekatan ordinal sama dengan kardinal yaitu konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang.
Analisis ordinal menggunakan pendekatan kurva indiferens (indifference curva). Kurva indiferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik yang menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Ciri-ciri kurva indiferens adalah :
Slopenya negatif
Artinya konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang dikonsumsi.
Cembung ke arah titik origin
Menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of subtitutions).
Tidak saling berpotongan
Menunjukkan bahwa tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Gambar 4.2. Kurve indiferen saling berpotongan
Kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Gambar 4.3. Kurva indiferens
Keterangan :
X dan Y : macam barang
I, II, III : Kurva Indiferens I, II dan III
Masing-masing kurva indiferens menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin jauh kurve indiferens dari titik origin akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens II akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada titik-titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens I dan seterusnya.
4.3. Kendala Konsumen
Kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dibatasi oleh anggaran yang tersedia untuk membeli barang tersebut.
Batasan anggaran secara matematis adalah sebagai berikut :
Dimana :
Px : harga barang X
Py : harga barang Y
X : Jumlah barang X yang dikonsumsi
Y : Jumlah barang Y yang dikonsumsi
I : Anggaran yang tersedia untuk membeli barang X dan Y
Gambar 4.4. Garis Anggaran
Slop garis anggaran adalah minus perbandingan antara harga barang X dengan harga barang Y.
Bukti dengan cara matematis sebagai berikut :
PxX + PyY = I
Slop garis anggaran adalah turunan pertama dari Y terhadap X atau
4.4. Keseimbangan
Kepuasan maksimum diperoleh apabila kurva indiferens bersinggungan dengan garis anggarannya.
Gambar 4.5. Grafik titik kepuasan
Kurva indiferens akan bersinggungan dengan garis anggaran apabila kemiringan (slope) nya sama besar. Kemiringan kurva indiferens adalah tingkat marginal pengganti dari barang X dengan barang Y (marginal rate of substitution X for Y = MRS X for Y).
Oleh karena itu kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen) akan diperoleh apabila slope kurva indiferens = slope garis anggaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga apabila dihubungkan satu sama lain disebut kurva harga-konsumsi (price comsuption curve/PCC). PCC adalah kurva yang menghubungkan titik-titik keseimbangan konsmen pada berbagai tingkat harga, dimana penghasilan konsumen tetap.
Dari kurva PPC dapat diturunkan kurva permintaan terhadap suatu barang.
Gambar 1.6. Penurunan kurva permintaan
A adalah titik keseimbangan semula. Pada tingkat harga barang X sebesar Po, banyaknya barang X yang dibeli adalah Xo dan barang Y sebanyak Yo. Apabila harga barang X turun menjadi P1, keseimbangan konsumen akan berubah. Penurunan harga barang X mengakibatkan garis anggaran berubah dari LM ke LM1 , karena kemampuan konsumen untuk membeli barang X maksimal akan bertambah dengan menurunnya harga barang X tersebut. Agar konsumen tetap memperoleh kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen), maka konsumen tersebut memilih kombinasi konsumsi yang ditunjukkan oleh titik B yaitu perpotongan antara kurva indiferens IC2 dengan garis anggaran LM1.
Konsumen memilih kurva indiferen IC2 karena akan mendatangkan kepuasan yang lebih banyak dibandingkan dengan IC1. Jadi titik B merupakan titik kombinasi keseimbangan konsumen dengan harga barang X sebesar P1. Apabila titik keseimbangan A dihubungkan dengan titik keseimbangan B, maka akan diperoleh kurva permintaan terhadap barang X.
4.5. Efek Pendapatan dan Substitusi
Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan harganya berasal dari dua macam pengaruh (efek) yaitu :
Efek pendapatan (income effect)
Efek substitusi (substitution effect)
Efek pendapatan (income effect) : perubahan penghasilan riil konsumen sebagai akibat dari perubahan harga, sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Efek substitusi (substitution effect) : perubahan harga relatif sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Gambar 1.7. Setiap efek yang mempengaruhi perilaku konsumen apabila terjadi perubahan harga.
Titik A : kombinasi konsumen sebelum harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak Xo.
Titik B : kombinasi yang mendatangkan kepuasan maksimum setelah harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak X1.
X1 – Xo : total efek
Efek pendapatan dan efek substitusi ditentukan dengan cara menggeser garis anggaran yang baru sejajar LM1 ke kanan sampai menyinggung IC1 (titik C), jumlah barang X yang diminta sebesar X2.
Xo – X2 : Efek Substitusi (ES)
X2 – X1 : Efek Pendapatan (EP)
ES berlawanan arah dengan perubahan harganya. Apabila harga barang turun maka ES adalah jumlah barang yang dikonsumsi naik dan sebaliknya.
EP arahnya tergantung dari jenis barang yang dikonsumsi.
ES dan EP searah maka barang yang dikonsumsi normal (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi ES > EP maka barang yang dikonsumsi inferior selain Giffen (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi EP > ES maka barang yang dikonsumsi Giffenl (hukum permintaan tidak berlaku).
4.5. Kurva Engel
Kurva Engel bagi barang Giffen mempunyai slope positif, artinya apabila penghasilan naik maka jumlah barang Giffen turun. Sebaliknya apabila penghasilan turun jumlah barang Giffen yang diminta naik.
Kondisi keseimbangan dapat berubah karena perubahan pendapatan absolut. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1.8. Kondisi keseimbangan
Titik A : Keseimbangan konsumen mula-mula
Titik B : Karena penghasilan konsumen naik dan anggaran untuk membeli barang X dan Y naik secara proporsional, maka menggeser garis anggaran ke kanan atas.
Titik A, B, C, apabila dihubungkan satu sama lain akan diperoleh kurva penghasilan konsumsi (Income Consumption Curve / ICC)
Dari kurva penghasilan konsumsi (ICC) dapat diturunkan kurva Engel. Kurva Engel adalah suatu kurva yang menghubungkan titik jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat penghasilan konsumen.
Untuk barang normal slope kurva Engel positif artinya apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta naik. Sebaliknya apabila kurva Engel barang X mempunyai slope negatif mengandung makna bahwa apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta turun. Kurva Engel yang slopnya negatif berlaku bagi barang Giffen
Latihan soal :
Ada berapa pendekatan dalam mempelajari perilaku konsumen ? Jelaskan masing-masing ?
Apa yang dimaksud dengan low of diminishing marginal utility ?
Bagaimana kepuasana maksimum konsumen dapat tercapai dari konsumsinya ?
Jelaskan mengapa kesimpulan barang yang memaksimumkan kepuasan juga merupakan suatu posisi keseimbangan bagi konsumen ?
Model apakah yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan pilihan konsumen antara 2 kumpulan barang jika terjadi perubahan harga, pendapatan dan lain-lain
Dalam membuat analisis keseimbangan konsumen dengan menggunakan analisis kepuasan sama, asumsi apakah yang digunakan ?
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara price comsumption curve serta gambarkan bagaimana proses pembentukan grafiknya
Apakah guna dari efek substitusi dan efek pendapatan bagi ekonomi ?
Bagaimana kurva Engel bisa diturunkan ?
Dalam mengkonsumsi barang X dan Y, Amir memiliki fungsi kepuasan total sebagai berikut :
TU = 17 X + 20 Y – 2 X² – Y²
Bila uang yang dianggarkan Amir untuk membeli kedua barang tersebut adalah Rp. 44.000. Harga barang X adalah Rp. 6000,- dan harga barang Y adalah Rp. 8000,- tentukanlah :
Banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar ia memperoleh kepuasan maksimal
Pada tingkat pembelian soal (a) berapakah besarnya kepuasan total (TU), kepuasan marginal dari barang X (MUX) dan kepuasan marginal dari barang Y (MUY) yang diperolehnya
Seorang konsumen memiliki dana sebesar Rp.70.000 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dan B. Harga barang A Rp. 5000/unit dan harga barang B Rp. 10.000/ unit. Besarnya kepuasan total dalam mengkonsumsi barang A dan B tampak dalam tabel sebagai berikut:
Tabel : kepuasan total dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUABarang B
(unit)TUB00001501802942156313232284164429651905360621064207224747682328528
Diminta :
Hitunglah MUA dan MUB
Berapakah jumlah barang A dan B dapat dibeli konsumen agar kepuasannya maksimum dan uang yang dimilikinya habis untuk dibelanjakan pada dua barang tersebut?
JAWAB:
Tabel : kepuasan total dan kepuasan marginal dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUAMUABarang B
(unit)TUBMUB00-00-150501808029444215676 a)313238 a)322872416432 b)429668519026 c)536064 b)62102064206072241474765682328852852 c)
Syarat Kepuasan maksimum :
a)(3X5000)+(2X10000)=35000 (tidak mungkin
b)(4X5000)+(5X10000)=70000 (kombinasi ini yang dipilih
c)(5X5000)+(8X10000)=105000(tidak mungkin