Effect Salju
Bintang (cursor)
Paijo Speed (Cursor)
Seiring Kekuatan Besar Datang Tanggung Jawab Besar
25 November 2013
27 Oktober 2013
Teori Perilaku Konsumen
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Permintaan pasar suatu barang adalah merupakan penjumlahan permintaan individual konsumen terhadap suatu barang yang tidak terlepas dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang tersebut.
Dalam mempelajari perilaku konsumen ada 2 pendekatan yaitu :
Pendekatan kardinal
Pendekatan ordinal
Anggapan 2 pendekatan tersebut bahwa seorang konsumen bersikap rasional berarti seorang konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan total dari barang yang dikonsumsinya dengan batasan anggaran yang ada.
4.1. Pendekatan Kardinal
Asumsi dalam analisis perilaku konsumen dengan pendekatan cardinal adalah :
Bahwa kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan (misal jumlah uang). Dengan demikian setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (marginal utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus, ini desebut dengan hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun ( law of dimishing marginal utility).
Menurut pendekatan kardinal seorang konsumen yang mengkonsumsi barang X akan memperoleh kepuasan yang maksimum apabila tambahan kepuasan yang ia peroleh dari barang X sama dengan harga barang X. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dimana :
MUX : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
PX : harga barang X
Apabila seorang konsumen mengkonsumsi beberapa macam barang, misal X1, X2…,Xn dengan batasan anggaran yang tersedia, maka kepuasan maksimum dari konsumsinya diperoleh apabila perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang satu sama dengan perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang lain.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dengan batasan :
Keterangan :
MUx1, MUx2, MUx3, ---,MUxn : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X1, X2, X3, ---, Xn
Px1, Px2, Px3, ---, Pxn : harga barang X1, X2, X3, ---, Xn
I : anggaran yang tersedia untuk membeli barang X1, X2, X3, ---, Xn
Kurva permintaan dapat digambar dengan menggunakan pendekatan kardinal.
Contoh : seorang konsumen mengkonsumsi barang X. tambahan kepuasan yang diperoleh selalu menurun dengan bertambahnya barang X yang dikonsumsi. Oleh karena itu tambahan kepuasan (MU) kurvanya menurun ke kanan (mempunyai kemiringan negatif). Lihat pada grafik 1.
Gambar 4.1. Grafik 1 dan grafik 2
Grafik 2 menunjukkan harga dan jumlah barang yang dikonsumsi. Pada tingkat harga P0, konsumen akan mengkonsumsi barang X sebanyak X0, karena pada kondisi ini konsumen memperoleh kepuasan yang maksimal (MUx = Px).
Titik A pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen, karena pada titik itu menunjukkan konsumen memperoleh kepuasan yang maksimum.
Apabila harga barang X turun menuju P1, maka konsumen cenderung menambah jumlah barang X yang dikonsumsi. Tujuannya agar dapat mempertahankan keadaan keseimbangan (memperoleh kepuasan yang maksimum), yaitu P1 = MUX1. Titik B pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen pada saat harga P1. Apabila titik A dan B dihubungkan akan diperoleh kurva permintaan konsumen terhadap barang X dengan asumsi kurva permintaannya linier (untuk mempermudah penurunan kurva permintaan). Kurva permintaan mempunyai slope negatif (<0). Ini memberikan indikasi bahwa hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta negatif. Artinya perubahan harga berlawanan arah dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.
Hukum permintaan :
Semakin tinggi harga suatu barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang diminta semakin banyak (cateris paribus).
Pendekatan kardinal mempunyai kelemahan karena menggunakan anggapan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan. Kenyataannya pengukuran kepuasan dengan cara ini sangat sulit. Untuk mengatasi kelemahan ini diformulasikan pendekatan ordinal.
4.2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kardinal beranggapan kepuasan konsumen dapat diukur secara kondirol (absolut), akan tetapi kepuasan hanya mungkin dapat diukur dengan angka ordinal (relatif). Oleh karena itu pendekatan ordinal digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan kardinal. Asumsi pendekatan ordinal sama dengan kardinal yaitu konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang.
Analisis ordinal menggunakan pendekatan kurva indiferens (indifference curva). Kurva indiferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik yang menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Ciri-ciri kurva indiferens adalah :
Slopenya negatif
Artinya konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang dikonsumsi.
Cembung ke arah titik origin
Menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of subtitutions).
Tidak saling berpotongan
Menunjukkan bahwa tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Gambar 4.2. Kurve indiferen saling berpotongan
Kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Gambar 4.3. Kurva indiferens
Keterangan :
X dan Y : macam barang
I, II, III : Kurva Indiferens I, II dan III
Masing-masing kurva indiferens menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin jauh kurve indiferens dari titik origin akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens II akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada titik-titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens I dan seterusnya.
4.3. Kendala Konsumen
Kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dibatasi oleh anggaran yang tersedia untuk membeli barang tersebut.
Batasan anggaran secara matematis adalah sebagai berikut :
Dimana :
Px : harga barang X
Py : harga barang Y
X : Jumlah barang X yang dikonsumsi
Y : Jumlah barang Y yang dikonsumsi
I : Anggaran yang tersedia untuk membeli barang X dan Y
Gambar 4.4. Garis Anggaran
Slop garis anggaran adalah minus perbandingan antara harga barang X dengan harga barang Y.
Bukti dengan cara matematis sebagai berikut :
PxX + PyY = I
Slop garis anggaran adalah turunan pertama dari Y terhadap X atau
4.4. Keseimbangan
Kepuasan maksimum diperoleh apabila kurva indiferens bersinggungan dengan garis anggarannya.
Gambar 4.5. Grafik titik kepuasan
Kurva indiferens akan bersinggungan dengan garis anggaran apabila kemiringan (slope) nya sama besar. Kemiringan kurva indiferens adalah tingkat marginal pengganti dari barang X dengan barang Y (marginal rate of substitution X for Y = MRS X for Y).
Oleh karena itu kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen) akan diperoleh apabila slope kurva indiferens = slope garis anggaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga apabila dihubungkan satu sama lain disebut kurva harga-konsumsi (price comsuption curve/PCC). PCC adalah kurva yang menghubungkan titik-titik keseimbangan konsmen pada berbagai tingkat harga, dimana penghasilan konsumen tetap.
Dari kurva PPC dapat diturunkan kurva permintaan terhadap suatu barang.
Gambar 1.6. Penurunan kurva permintaan
A adalah titik keseimbangan semula. Pada tingkat harga barang X sebesar Po, banyaknya barang X yang dibeli adalah Xo dan barang Y sebanyak Yo. Apabila harga barang X turun menjadi P1, keseimbangan konsumen akan berubah. Penurunan harga barang X mengakibatkan garis anggaran berubah dari LM ke LM1 , karena kemampuan konsumen untuk membeli barang X maksimal akan bertambah dengan menurunnya harga barang X tersebut. Agar konsumen tetap memperoleh kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen), maka konsumen tersebut memilih kombinasi konsumsi yang ditunjukkan oleh titik B yaitu perpotongan antara kurva indiferens IC2 dengan garis anggaran LM1.
Konsumen memilih kurva indiferen IC2 karena akan mendatangkan kepuasan yang lebih banyak dibandingkan dengan IC1. Jadi titik B merupakan titik kombinasi keseimbangan konsumen dengan harga barang X sebesar P1. Apabila titik keseimbangan A dihubungkan dengan titik keseimbangan B, maka akan diperoleh kurva permintaan terhadap barang X.
4.5. Efek Pendapatan dan Substitusi
Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan harganya berasal dari dua macam pengaruh (efek) yaitu :
Efek pendapatan (income effect)
Efek substitusi (substitution effect)
Efek pendapatan (income effect) : perubahan penghasilan riil konsumen sebagai akibat dari perubahan harga, sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Efek substitusi (substitution effect) : perubahan harga relatif sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Gambar 1.7. Setiap efek yang mempengaruhi perilaku konsumen apabila terjadi perubahan harga.
Titik A : kombinasi konsumen sebelum harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak Xo.
Titik B : kombinasi yang mendatangkan kepuasan maksimum setelah harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak X1.
X1 – Xo : total efek
Efek pendapatan dan efek substitusi ditentukan dengan cara menggeser garis anggaran yang baru sejajar LM1 ke kanan sampai menyinggung IC1 (titik C), jumlah barang X yang diminta sebesar X2.
Xo – X2 : Efek Substitusi (ES)
X2 – X1 : Efek Pendapatan (EP)
ES berlawanan arah dengan perubahan harganya. Apabila harga barang turun maka ES adalah jumlah barang yang dikonsumsi naik dan sebaliknya.
EP arahnya tergantung dari jenis barang yang dikonsumsi.
ES dan EP searah maka barang yang dikonsumsi normal (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi ES > EP maka barang yang dikonsumsi inferior selain Giffen (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi EP > ES maka barang yang dikonsumsi Giffenl (hukum permintaan tidak berlaku).
4.5. Kurva Engel
Kurva Engel bagi barang Giffen mempunyai slope positif, artinya apabila penghasilan naik maka jumlah barang Giffen turun. Sebaliknya apabila penghasilan turun jumlah barang Giffen yang diminta naik.
Kondisi keseimbangan dapat berubah karena perubahan pendapatan absolut. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1.8. Kondisi keseimbangan
Titik A : Keseimbangan konsumen mula-mula
Titik B : Karena penghasilan konsumen naik dan anggaran untuk membeli barang X dan Y naik secara proporsional, maka menggeser garis anggaran ke kanan atas.
Titik A, B, C, apabila dihubungkan satu sama lain akan diperoleh kurva penghasilan konsumsi (Income Consumption Curve / ICC)
Dari kurva penghasilan konsumsi (ICC) dapat diturunkan kurva Engel. Kurva Engel adalah suatu kurva yang menghubungkan titik jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat penghasilan konsumen.
Untuk barang normal slope kurva Engel positif artinya apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta naik. Sebaliknya apabila kurva Engel barang X mempunyai slope negatif mengandung makna bahwa apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta turun. Kurva Engel yang slopnya negatif berlaku bagi barang Giffen
Latihan soal :
Ada berapa pendekatan dalam mempelajari perilaku konsumen ? Jelaskan masing-masing ?
Apa yang dimaksud dengan low of diminishing marginal utility ?
Bagaimana kepuasana maksimum konsumen dapat tercapai dari konsumsinya ?
Jelaskan mengapa kesimpulan barang yang memaksimumkan kepuasan juga merupakan suatu posisi keseimbangan bagi konsumen ?
Model apakah yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan pilihan konsumen antara 2 kumpulan barang jika terjadi perubahan harga, pendapatan dan lain-lain
Dalam membuat analisis keseimbangan konsumen dengan menggunakan analisis kepuasan sama, asumsi apakah yang digunakan ?
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara price comsumption curve serta gambarkan bagaimana proses pembentukan grafiknya
Apakah guna dari efek substitusi dan efek pendapatan bagi ekonomi ?
Bagaimana kurva Engel bisa diturunkan ?
Dalam mengkonsumsi barang X dan Y, Amir memiliki fungsi kepuasan total sebagai berikut :
TU = 17 X + 20 Y – 2 X² – Y²
Bila uang yang dianggarkan Amir untuk membeli kedua barang tersebut adalah Rp. 44.000. Harga barang X adalah Rp. 6000,- dan harga barang Y adalah Rp. 8000,- tentukanlah :
Banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar ia memperoleh kepuasan maksimal
Pada tingkat pembelian soal (a) berapakah besarnya kepuasan total (TU), kepuasan marginal dari barang X (MUX) dan kepuasan marginal dari barang Y (MUY) yang diperolehnya
Seorang konsumen memiliki dana sebesar Rp.70.000 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dan B. Harga barang A Rp. 5000/unit dan harga barang B Rp. 10.000/ unit. Besarnya kepuasan total dalam mengkonsumsi barang A dan B tampak dalam tabel sebagai berikut:
Tabel : kepuasan total dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUABarang B
(unit)TUB00001501802942156313232284164429651905360621064207224747682328528
Diminta :
Hitunglah MUA dan MUB
Berapakah jumlah barang A dan B dapat dibeli konsumen agar kepuasannya maksimum dan uang yang dimilikinya habis untuk dibelanjakan pada dua barang tersebut?
JAWAB:
Tabel : kepuasan total dan kepuasan marginal dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUAMUABarang B
(unit)TUBMUB00-00-150501808029444215676 a)313238 a)322872416432 b)429668519026 c)536064 b)62102064206072241474765682328852852 c)
Syarat Kepuasan maksimum :
a)(3X5000)+(2X10000)=35000 (tidak mungkin
b)(4X5000)+(5X10000)=70000 (kombinasi ini yang dipilih
c)(5X5000)+(8X10000)=105000(tidak mungkin
Teori Perilaku Konsumen
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Permintaan pasar suatu barang adalah merupakan penjumlahan permintaan individual konsumen terhadap suatu barang yang tidak terlepas dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang tersebut.
Dalam mempelajari perilaku konsumen ada 2 pendekatan yaitu :
Pendekatan kardinal
Pendekatan ordinal
Anggapan 2 pendekatan tersebut bahwa seorang konsumen bersikap rasional berarti seorang konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan total dari barang yang dikonsumsinya dengan batasan anggaran yang ada.
4.1. Pendekatan Kardinal
Asumsi dalam analisis perilaku konsumen dengan pendekatan cardinal adalah :
Bahwa kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan (misal jumlah uang). Dengan demikian setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (marginal utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus, ini desebut dengan hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun ( law of dimishing marginal utility).
Menurut pendekatan kardinal seorang konsumen yang mengkonsumsi barang X akan memperoleh kepuasan yang maksimum apabila tambahan kepuasan yang ia peroleh dari barang X sama dengan harga barang X. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dimana :
MUX : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
PX : harga barang X
Apabila seorang konsumen mengkonsumsi beberapa macam barang, misal X1, X2…,Xn dengan batasan anggaran yang tersedia, maka kepuasan maksimum dari konsumsinya diperoleh apabila perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang satu sama dengan perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang lain.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dengan batasan :
Keterangan :
MUx1, MUx2, MUx3, ---,MUxn : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X1, X2, X3, ---, Xn
Px1, Px2, Px3, ---, Pxn : harga barang X1, X2, X3, ---, Xn
I : anggaran yang tersedia untuk membeli barang X1, X2, X3, ---, Xn
Kurva permintaan dapat digambar dengan menggunakan pendekatan kardinal.
Contoh : seorang konsumen mengkonsumsi barang X. tambahan kepuasan yang diperoleh selalu menurun dengan bertambahnya barang X yang dikonsumsi. Oleh karena itu tambahan kepuasan (MU) kurvanya menurun ke kanan (mempunyai kemiringan negatif). Lihat pada grafik 1.
Gambar 4.1. Grafik 1 dan grafik 2
Grafik 2 menunjukkan harga dan jumlah barang yang dikonsumsi. Pada tingkat harga P0, konsumen akan mengkonsumsi barang X sebanyak X0, karena pada kondisi ini konsumen memperoleh kepuasan yang maksimal (MUx = Px).
Titik A pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen, karena pada titik itu menunjukkan konsumen memperoleh kepuasan yang maksimum.
Apabila harga barang X turun menuju P1, maka konsumen cenderung menambah jumlah barang X yang dikonsumsi. Tujuannya agar dapat mempertahankan keadaan keseimbangan (memperoleh kepuasan yang maksimum), yaitu P1 = MUX1. Titik B pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen pada saat harga P1. Apabila titik A dan B dihubungkan akan diperoleh kurva permintaan konsumen terhadap barang X dengan asumsi kurva permintaannya linier (untuk mempermudah penurunan kurva permintaan). Kurva permintaan mempunyai slope negatif (<0). Ini memberikan indikasi bahwa hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta negatif. Artinya perubahan harga berlawanan arah dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.
Hukum permintaan :
Semakin tinggi harga suatu barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang diminta semakin banyak (cateris paribus).
Pendekatan kardinal mempunyai kelemahan karena menggunakan anggapan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan. Kenyataannya pengukuran kepuasan dengan cara ini sangat sulit. Untuk mengatasi kelemahan ini diformulasikan pendekatan ordinal.
4.2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kardinal beranggapan kepuasan konsumen dapat diukur secara kondirol (absolut), akan tetapi kepuasan hanya mungkin dapat diukur dengan angka ordinal (relatif). Oleh karena itu pendekatan ordinal digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan kardinal. Asumsi pendekatan ordinal sama dengan kardinal yaitu konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang.
Analisis ordinal menggunakan pendekatan kurva indiferens (indifference curva). Kurva indiferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik yang menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Ciri-ciri kurva indiferens adalah :
Slopenya negatif
Artinya konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang dikonsumsi.
Cembung ke arah titik origin
Menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of subtitutions).
Tidak saling berpotongan
Menunjukkan bahwa tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Gambar 4.2. Kurve indiferen saling berpotongan
Kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Gambar 4.3. Kurva indiferens
Keterangan :
X dan Y : macam barang
I, II, III : Kurva Indiferens I, II dan III
Masing-masing kurva indiferens menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin jauh kurve indiferens dari titik origin akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens II akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada titik-titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens I dan seterusnya.
4.3. Kendala Konsumen
Kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dibatasi oleh anggaran yang tersedia untuk membeli barang tersebut.
Batasan anggaran secara matematis adalah sebagai berikut :
Dimana :
Px : harga barang X
Py : harga barang Y
X : Jumlah barang X yang dikonsumsi
Y : Jumlah barang Y yang dikonsumsi
I : Anggaran yang tersedia untuk membeli barang X dan Y
Gambar 4.4. Garis Anggaran
Slop garis anggaran adalah minus perbandingan antara harga barang X dengan harga barang Y.
Bukti dengan cara matematis sebagai berikut :
PxX + PyY = I
Slop garis anggaran adalah turunan pertama dari Y terhadap X atau
4.4. Keseimbangan
Kepuasan maksimum diperoleh apabila kurva indiferens bersinggungan dengan garis anggarannya.
Gambar 4.5. Grafik titik kepuasan
Kurva indiferens akan bersinggungan dengan garis anggaran apabila kemiringan (slope) nya sama besar. Kemiringan kurva indiferens adalah tingkat marginal pengganti dari barang X dengan barang Y (marginal rate of substitution X for Y = MRS X for Y).
Oleh karena itu kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen) akan diperoleh apabila slope kurva indiferens = slope garis anggaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga apabila dihubungkan satu sama lain disebut kurva harga-konsumsi (price comsuption curve/PCC). PCC adalah kurva yang menghubungkan titik-titik keseimbangan konsmen pada berbagai tingkat harga, dimana penghasilan konsumen tetap.
Dari kurva PPC dapat diturunkan kurva permintaan terhadap suatu barang.
Gambar 1.6. Penurunan kurva permintaan
A adalah titik keseimbangan semula. Pada tingkat harga barang X sebesar Po, banyaknya barang X yang dibeli adalah Xo dan barang Y sebanyak Yo. Apabila harga barang X turun menjadi P1, keseimbangan konsumen akan berubah. Penurunan harga barang X mengakibatkan garis anggaran berubah dari LM ke LM1 , karena kemampuan konsumen untuk membeli barang X maksimal akan bertambah dengan menurunnya harga barang X tersebut. Agar konsumen tetap memperoleh kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen), maka konsumen tersebut memilih kombinasi konsumsi yang ditunjukkan oleh titik B yaitu perpotongan antara kurva indiferens IC2 dengan garis anggaran LM1.
Konsumen memilih kurva indiferen IC2 karena akan mendatangkan kepuasan yang lebih banyak dibandingkan dengan IC1. Jadi titik B merupakan titik kombinasi keseimbangan konsumen dengan harga barang X sebesar P1. Apabila titik keseimbangan A dihubungkan dengan titik keseimbangan B, maka akan diperoleh kurva permintaan terhadap barang X.
4.5. Efek Pendapatan dan Substitusi
Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan harganya berasal dari dua macam pengaruh (efek) yaitu :
Efek pendapatan (income effect)
Efek substitusi (substitution effect)
Efek pendapatan (income effect) : perubahan penghasilan riil konsumen sebagai akibat dari perubahan harga, sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Efek substitusi (substitution effect) : perubahan harga relatif sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Gambar 1.7. Setiap efek yang mempengaruhi perilaku konsumen apabila terjadi perubahan harga.
Titik A : kombinasi konsumen sebelum harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak Xo.
Titik B : kombinasi yang mendatangkan kepuasan maksimum setelah harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak X1.
X1 – Xo : total efek
Efek pendapatan dan efek substitusi ditentukan dengan cara menggeser garis anggaran yang baru sejajar LM1 ke kanan sampai menyinggung IC1 (titik C), jumlah barang X yang diminta sebesar X2.
Xo – X2 : Efek Substitusi (ES)
X2 – X1 : Efek Pendapatan (EP)
ES berlawanan arah dengan perubahan harganya. Apabila harga barang turun maka ES adalah jumlah barang yang dikonsumsi naik dan sebaliknya.
EP arahnya tergantung dari jenis barang yang dikonsumsi.
ES dan EP searah maka barang yang dikonsumsi normal (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi ES > EP maka barang yang dikonsumsi inferior selain Giffen (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi EP > ES maka barang yang dikonsumsi Giffenl (hukum permintaan tidak berlaku).
4.5. Kurva Engel
Kurva Engel bagi barang Giffen mempunyai slope positif, artinya apabila penghasilan naik maka jumlah barang Giffen turun. Sebaliknya apabila penghasilan turun jumlah barang Giffen yang diminta naik.
Kondisi keseimbangan dapat berubah karena perubahan pendapatan absolut. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1.8. Kondisi keseimbangan
Titik A : Keseimbangan konsumen mula-mula
Titik B : Karena penghasilan konsumen naik dan anggaran untuk membeli barang X dan Y naik secara proporsional, maka menggeser garis anggaran ke kanan atas.
Titik A, B, C, apabila dihubungkan satu sama lain akan diperoleh kurva penghasilan konsumsi (Income Consumption Curve / ICC)
Dari kurva penghasilan konsumsi (ICC) dapat diturunkan kurva Engel. Kurva Engel adalah suatu kurva yang menghubungkan titik jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat penghasilan konsumen.
Untuk barang normal slope kurva Engel positif artinya apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta naik. Sebaliknya apabila kurva Engel barang X mempunyai slope negatif mengandung makna bahwa apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta turun. Kurva Engel yang slopnya negatif berlaku bagi barang Giffen
Latihan soal :
Ada berapa pendekatan dalam mempelajari perilaku konsumen ? Jelaskan masing-masing ?
Apa yang dimaksud dengan low of diminishing marginal utility ?
Bagaimana kepuasana maksimum konsumen dapat tercapai dari konsumsinya ?
Jelaskan mengapa kesimpulan barang yang memaksimumkan kepuasan juga merupakan suatu posisi keseimbangan bagi konsumen ?
Model apakah yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan pilihan konsumen antara 2 kumpulan barang jika terjadi perubahan harga, pendapatan dan lain-lain
Dalam membuat analisis keseimbangan konsumen dengan menggunakan analisis kepuasan sama, asumsi apakah yang digunakan ?
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara price comsumption curve serta gambarkan bagaimana proses pembentukan grafiknya
Apakah guna dari efek substitusi dan efek pendapatan bagi ekonomi ?
Bagaimana kurva Engel bisa diturunkan ?
Dalam mengkonsumsi barang X dan Y, Amir memiliki fungsi kepuasan total sebagai berikut :
TU = 17 X + 20 Y – 2 X² – Y²
Bila uang yang dianggarkan Amir untuk membeli kedua barang tersebut adalah Rp. 44.000. Harga barang X adalah Rp. 6000,- dan harga barang Y adalah Rp. 8000,- tentukanlah :
Banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar ia memperoleh kepuasan maksimal
Pada tingkat pembelian soal (a) berapakah besarnya kepuasan total (TU), kepuasan marginal dari barang X (MUX) dan kepuasan marginal dari barang Y (MUY) yang diperolehnya
Seorang konsumen memiliki dana sebesar Rp.70.000 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dan B. Harga barang A Rp. 5000/unit dan harga barang B Rp. 10.000/ unit. Besarnya kepuasan total dalam mengkonsumsi barang A dan B tampak dalam tabel sebagai berikut:
Tabel : kepuasan total dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUABarang B
(unit)TUB00001501802942156313232284164429651905360621064207224747682328528
Diminta :
Hitunglah MUA dan MUB
Berapakah jumlah barang A dan B dapat dibeli konsumen agar kepuasannya maksimum dan uang yang dimilikinya habis untuk dibelanjakan pada dua barang tersebut?
JAWAB:
Tabel : kepuasan total dan kepuasan marginal dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUAMUABarang B
(unit)TUBMUB00-00-150501808029444215676 a)313238 a)322872416432 b)429668519026 c)536064 b)62102064206072241474765682328852852 c)
Syarat Kepuasan maksimum :
a)(3X5000)+(2X10000)=35000 (tidak mungkin
b)(4X5000)+(5X10000)=70000 (kombinasi ini yang dipilih
c)(5X5000)+(8X10000)=105000(tidak mungkin
26 Oktober 2013
Jenis-jenis type Wanita
Mengatasi Cewe yang Sedang Ngambek
Oleh Puji Yatno dari Azzaam
Bagaimana cara menghadapi dan menyenangkan hati
cewe yang sedang ngambek?
Pernah tidak ngerasain hal seperti yang saya rasakan
ini, saat akan mengobrol dengan cewe Anda tiba-
tiba saja dia ngambek, entah itu ngambek atas
masalah apa. Yang pasti dia ngambek begitu saja
dan Anda sebagai cowo kebingungan dengan
sikapnya yang gak jelas itu. Malahan Anda berpikir
kalau cewe Anda ngambek akibat Anda salah ucap.
Padahal belum tentu demikian.
Namun bisa saja jika cewe Anda ngambek karena
pada saat itu Anda lama bales SMS, gara-gara
operator sedang trouble alias jaringan error sehingga
menyebabkan SMS telat nyampe. Bisa juga akibat
Anda lupa kapan hari ulang tahunnya padahal dihari
itu adalah hari ulang tahunnya. Semua hal seperti itu
sangat mungkin terjadi. Maka, janganlah terlalu
sering menebak-nebak apa yang mungkin sedang
dipikirkan cewe saat dia sedang ngambek.
Saya pernah, disaat cewe saya ngambek saya selalu
saja kepikiran dengan kengambekannya itu, yah..
mungkin berujung dari perasaan bersalah saya.
Bukannya memperbaiki kesalahan, saya malah
berkali-kali meminta maaf atas kesalahan yang
sebenarnya sama sekali tidak saya ketahui.
Bukannya dimaafkan, pasangan saya malah tambah
kesel dengan sikap saya. Aneh memang. Namun
begitulah kenyataannya. Hingga kemudian saya bisa
memaklumi sikap seperti itu.
Ibaratkan seumpamanya ada seseorang yang
menyakiti perasaan saya (ini contoh ), kemudian si
pembuat masalah selalu mendekati saya untuk
mengucapkan kata maaf berkali-kali. Bukannya
tambah adem yang ada saya malah makin kesel,
apalagi lihat tampangnya yang nyebelin. Udah gitu
maksa-maksa minta dimaafin.
Saya yakin, Anda sebagai pembaca juga pasti bakal
kepikiran hal yang sama seperti yang saya pikirkan.
Kenapa bisa seperti itu?
Ilmu psikologisnya : Jika Anda selalu meminta maaf
Anda sama saja seperti membuat kesalahan yang
sama berulang-ulang terhadapnya karena Anda
selalu mengingatkan pada masalah yang sama,
paham maksud saya?
Maka dari itu cukuplah meminta maaf sekali saja.
Kalaupun dia memaafkan maka itu adalah berita baik
untuk Anda. Namun jika saja Anda belum dimaafkan,
jangan terlalu perfeksionis musti harus dimaafkan
saat itu juga. Ingat bung, perasaan tidak bisa
terobati dengan mudah begitu saja. Mungkin saja dia
membutuhkan waktu.
Namun, tidak semua orang akan paham bagaimana
cara mengatasi cewe yang sedang ngambek. Ada
yang kebingungan setengah mati, ada pula yang
putus asa setelah mencoba meminta maaf berkali-
kali dan ada pula yang cuek beibeh tidak peduli
dengan perasaan sang cewe. Bukannya membuat hati
pasangan bahagia, semua itu justru membuatnya
semakin membenci.
Untuk menghadapi cewe yang sedang ngambek, coba
lakukan cara berikut ini. Semoga saja cara berikut
menjadikan hidupmu menjadi lebih bahagia dengan
pasanganmu. Membuat hidupmu menjadi lebih
bermakna dengan kisah perjuangan cinta.
Jika Anda berhadapan dengan cewe sanguis,
coba tanyakan dahulu permasalahannya.
Tanya seperti ini, “Ada apa? ”. Jika dia
berkata, “ kamu nyebelin ” atau “kamu jahat”
berarti dia berkata hal yang sebenarnya. Maka
Anda sebagai cowo harus mencoba
menyenangkan hatinya. Tidak perlu minta
maaf, bukan itu yang diinginkannya. Dia
hanya meinginginkan kamu memperbaiki
kesalahan. Untuk mencari tahu apa kesalahan
kamu, coba kamu ingat-ingat kesalahan yang
telah kamu lakukan atau mengingatnya
dengan cara memancing cewemu mengatakan
kesalahan yang telah kamu perbuat. Biasanya
sanguis akan beusaha jujur kepada Anda
untuk menumpahkan perasaannya. Dengarkan
saja apa yang dikatakan olehnya dan jangan
membela diri, kemudian curahan hatinya
DICERNA! Setelah itu pikirkan jawaban terbaik
yang bisa kamu berikan untuknya atas dasar
karena cinta. Sambil menggoda dirinya untuk
menyenangkan hatinya.
Jika Anda berhadapan dengan tipe cewe
melankolis, coba tanyakan juga
permasalahannya. Tanya seperti ini, “ Ada
apa? ”. Jika dia menjawab, “ Gak apa-apa ”
berarti dia berusaha menutupi sesuatu hal
yaitu menutupi masalahnya. Untuk
menghadapi tipe cewe melankolis Anda cukup
meminta maaf sekali saja dengan kata-kata
yang bijak dan romantis. Kalaupun dia masih
diam dan tetap berkata, “Gak apa-apa ”.
Biarkan saja seperti itu, itu pertanda Anda
belum dimaafkan karena kata maaf tidak
secepat itu didapatkan. Tetaplah bersikap
ceria dan manis terhadapnya atau bersikap
biasa saja seperti seolah tak ada masalah.
Maka kelak dia akan kepikiran hal seperti ini,
“ Kenapa yah aku memendam kekesalan,
padahal cowoku selalu menyenangkan hatiku
dan bahagia bersamaku. Aku merasa bersalah
selalu bersikap seperti ini, aku sayang
cowoku.” Dan kemudian jreeeng… tiba-tiba
saja dia akan meminta maaf kepada Anda, dan
disaat itu juga ada kemungkinan dia
menceritakan masalah yang dipikirkannya
kepada Anda.
Jika Anda berhadapan dengan tipe cewe
koleris, maka bertanyalah juga masalahnya
apa. Biasanya koleris akan diam tanpa kata-
kata, membuat kamu kebingungan dan
khawatir. Saya juga sebenarnya tidak
menyukai tipe cewe ini disaat dirinya sedang
ngambek, karena perkataannya akan lebih
menyakitkan melebihi perkataan cewe
sanguis. Berhubung Anda adalah orang yang
sangat disayanginya maka cewe koleris lebih
cenderung diam saja sambil merendam
perasaan kesal teramat dalam. Untuk
menghadapinya, cukuplah dengan juga
bersikap diam saja. Tak perlu meminta maaf
karena pada akhirnya dia sama sekali tak
peduli dengan ungkapan maaf Anda. Ingat!
Jika Anda meminta maaf kepadanya sama saja
Anda membuktikan kepada cewe koleris
bahwa Anda memang BERSALAH! Oleh sebab
itulah sifat koleris sulit ditebak, namun
kenangan antara dirimu dan dialah yang
biasanya bisa membuat dirinya luluh dari
amarahnya. Jika ingin berdamai dengannya,
tak perlu berdebat untuk mengatakan siapa
yang benar ataupun yang salah karena pada
akhirnya hanya membuat masalah semakin
runyam. Sayangi saja dia seperti biasa dan
berikan ungkapan tulus dari dalam hati. Jika
tidak ditanggapi, biarkanlah seperti itu.
Tunggulah hingga dia teringat akan memory
kenangan kalian berdua. Setelah itu rasakan
kembali cinta dan bukti bahwa dia amat
sangat menyayangimu.
Jika Anda berhadapan dengan cewe
plagmatis, tanyakan juga apa masalahnya.
Tanyakan, “ Ada apa?”. Biasanya cewe
plagmatis akan menjawab seperti demikian,
“ Apanya? ”. Seolah-olah tidak tahu apa-apa
padahal dirinya sedang kesal dengan sikap
Anda. Biasanya tidak sedikit pula cowo yang
merasa bosan saat menghadapi cewe
plagmatis yang sedang ngambek, karena
sifatnya yang damai dan terlalu dingin
( padahal emang begitulah sifatnya, dia tak
suka menghadapi masalah yang berbuntut
panjang dia akan lebih memilih untuk
melupakannya begitu saja). Lalu bagaimana
cara menghadapi cewe plagmatis yang
sedang ngambek? Cukup percaya saja apa
yang dikatakannya, cukup percaya bahwa dia
memang tidak ada masalah. Kemudian
senangkan hatinya dengan sebuah sikap,
ingat “sebuah sikap ” bukan perkataan. Karena
cewe plagmatis cenderung tidak merespon
apapun perkataan Anda. Cukup mudah bukan
jika Anda menyenangkan hatinya dengan
mengajaknya jalan-jalan?
Dari semua contoh tersebut, setidaknya Anda bisa
mengambil sikap yang baik dari yang terbaik. Selain
itu, entahlah. Saya juga terkadang masih sering
merasa bingung bagaimana menghadapi cewe yang
sedang ngambek, namun saya selalu berusaha
menghargainya, terutama menghargai perasaannya.
Namun ada juga satu jurus jitu yang bisa membuat
cewe begitu sangat menyayangi Anda setelah dia
ngambek dengan kesalahan Anda. Inspirasi ini saya
dapatkan dari cerita nyata disini.
Adalah sebuah ungkapan cinta yang benar-benar
tulus dari hati dan perasaan. Bukan ungkapan
kepura-puraan. Sungguh, terkadang kekuatan cinta
tanpa kita sadari mampu menghancurkan batu yang
kokoh dan menaklukkan puncak tertinggi.
Meluluhkan hati yang bebal dan melembutkan
perasaan. Maka.. Cintailah pasangan Anda dengan
TULUS.
25 Oktober 2013
Ekonomi 1 Bag 4 Tentang Perilaku Konsumen
BAB IV
TEORI PERILAKU KONSUMEN
Permintaan pasar suatu barang adalah merupakan penjumlahan permintaan individual konsumen terhadap suatu barang yang tidak terlepas dari perilaku konsumen dalam mengkonsumsi barang tersebut.
Dalam mempelajari perilaku konsumen ada 2 pendekatan yaitu :
Pendekatan kardinal
Pendekatan ordinal
Anggapan 2 pendekatan tersebut bahwa seorang konsumen bersikap rasional berarti seorang konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan total dari barang yang dikonsumsinya dengan batasan anggaran yang ada.
4.1. Pendekatan Kardinal
Asumsi dalam analisis perilaku konsumen dengan pendekatan cardinal adalah :
Bahwa kepuasan seorang konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan (misal jumlah uang). Dengan demikian setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.
Tambahan kepuasan yang diperoleh dari penambahan jumlah barang yang dikonsumsi disebut kepuasan marginal (marginal utility). Besarnya kepuasan marginal akan selalu menurun dengan bertambahnya jumlah barang yang dikonsumsi secara terus menerus, ini desebut dengan hukum tambahan kepuasan yang semakin menurun ( law of dimishing marginal utility).
Menurut pendekatan kardinal seorang konsumen yang mengkonsumsi barang X akan memperoleh kepuasan yang maksimum apabila tambahan kepuasan yang ia peroleh dari barang X sama dengan harga barang X. Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dimana :
MUX : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X
PX : harga barang X
Apabila seorang konsumen mengkonsumsi beberapa macam barang, misal X1, X2…,Xn dengan batasan anggaran yang tersedia, maka kepuasan maksimum dari konsumsinya diperoleh apabila perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang satu sama dengan perbandingan antara kepuasan marginal dengan harga barang yang lain.
Secara matematis ditulis sebagai berikut :
Dengan batasan :
Keterangan :
MUx1, MUx2, MUx3, ---,MUxn : tambahan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi barang X1, X2, X3, ---, Xn
Px1, Px2, Px3, ---, Pxn : harga barang X1, X2, X3, ---, Xn
I : anggaran yang tersedia untuk membeli barang X1, X2, X3, ---, Xn
Kurva permintaan dapat digambar dengan menggunakan pendekatan kardinal.
Contoh : seorang konsumen mengkonsumsi barang X. tambahan kepuasan yang diperoleh selalu menurun dengan bertambahnya barang X yang dikonsumsi. Oleh karena itu tambahan kepuasan (MU) kurvanya menurun ke kanan (mempunyai kemiringan negatif). Lihat pada grafik 1.
Gambar 4.1. Grafik 1 dan grafik 2
Grafik 2 menunjukkan harga dan jumlah barang yang dikonsumsi. Pada tingkat harga P0, konsumen akan mengkonsumsi barang X sebanyak X0, karena pada kondisi ini konsumen memperoleh kepuasan yang maksimal (MUx = Px).
Titik A pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen, karena pada titik itu menunjukkan konsumen memperoleh kepuasan yang maksimum.
Apabila harga barang X turun menuju P1, maka konsumen cenderung menambah jumlah barang X yang dikonsumsi. Tujuannya agar dapat mempertahankan keadaan keseimbangan (memperoleh kepuasan yang maksimum), yaitu P1 = MUX1. Titik B pada grafik 2 menunjukkan titik keseimbangan konsumen pada saat harga P1. Apabila titik A dan B dihubungkan akan diperoleh kurva permintaan konsumen terhadap barang X dengan asumsi kurva permintaannya linier (untuk mempermudah penurunan kurva permintaan). Kurva permintaan mempunyai slope negatif (<0). Ini memberikan indikasi bahwa hubungan antara harga dengan jumlah barang yang diminta negatif. Artinya perubahan harga berlawanan arah dengan perubahan jumlah barang yang diminta. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan.
Hukum permintaan :
Semakin tinggi harga suatu barang, maka jumlah barang yang diminta akan semakin sedikit dan sebaliknya, semakin rendah harga suatu barang maka jumlah yang diminta semakin banyak (cateris paribus).
Pendekatan kardinal mempunyai kelemahan karena menggunakan anggapan bahwa kepuasan konsumen dari mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satu satuan kepuasan. Kenyataannya pengukuran kepuasan dengan cara ini sangat sulit. Untuk mengatasi kelemahan ini diformulasikan pendekatan ordinal.
4.2. Pendekatan Ordinal
Pendekatan kardinal beranggapan kepuasan konsumen dapat diukur secara kondirol (absolut), akan tetapi kepuasan hanya mungkin dapat diukur dengan angka ordinal (relatif). Oleh karena itu pendekatan ordinal digunakan untuk mengatasi kelemahan pendekatan kardinal. Asumsi pendekatan ordinal sama dengan kardinal yaitu konsumen selalu berusaha memaksimumkan kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang.
Analisis ordinal menggunakan pendekatan kurva indiferens (indifference curva). Kurva indiferens adalah kurva yang menghubungkan titik-titik yang menunjukkan tingkat kombinasi jumlah barang yang dikonsumsi yang menghasilkan tingkat kepuasan yang sama.
Ciri-ciri kurva indiferens adalah :
Slopenya negatif
Artinya konsumen akan mengurangi konsumsi barang yang satu apabila ia menambah jumlah barang lain yang dikonsumsi.
Cembung ke arah titik origin
Menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus ia korbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi (marginal rate of subtitutions).
Tidak saling berpotongan
Menunjukkan bahwa tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama pada suatu kurva indiferens yang berbeda.
Gambar 4.2. Kurve indiferen saling berpotongan
Kurva indiferen yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan yang semakin tinggi.
Gambar 4.3. Kurva indiferens
Keterangan :
X dan Y : macam barang
I, II, III : Kurva Indiferens I, II dan III
Masing-masing kurva indiferens menghasilkan tingkat kepuasan yang berbeda. Semakin jauh kurve indiferens dari titik origin akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens II akan menghasilkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada titik-titik kombinasi konsumsi pada kurva indiferens I dan seterusnya.
4.3. Kendala Konsumen
Kemampuan konsumen dalam mengkonsumsi barang dibatasi oleh anggaran yang tersedia untuk membeli barang tersebut.
Batasan anggaran secara matematis adalah sebagai berikut :
Dimana :
Px: harga barang X
Py: harga barang Y
X: Jumlah barang X yang dikonsumsi
Y: Jumlah barang Y yang dikonsumsi
I : Anggaran yang tersedia untuk membeli barang X dan Y
Gambar 4.4. Garis Anggaran
Slop garis anggaran adalah minus perbandingan antara harga barang X dengan harga barang Y.
Bukti dengan cara matematis sebagai berikut :
PxX + PyY = I
Slop garis anggaran adalah turunan pertama dari Y terhadap X atau
4.4. Keseimbangan
Kepuasan maksimum diperoleh apabila kurva indiferens bersinggungan dengan garis anggarannya.
Gambar 4.5. Grafik titik kepuasan
Kurva indiferens akan bersinggungan dengan garis anggaran apabila kemiringan (slope) nya sama besar. Kemiringan kurva indiferens adalah tingkat marginal pengganti dari barang X dengan barang Y (marginal rate of substitution X for Y = MRS X for Y).
Oleh karena itu kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen) akan diperoleh apabila slope kurva indiferens = slope garis anggaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
Titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai tingkat harga apabila dihubungkan satu sama lain disebut kurva harga-konsumsi (price comsuption curve/PCC). PCC adalah kurva yang menghubungkan titik-titik keseimbangan konsmen pada berbagai tingkat harga, dimana penghasilan konsumen tetap.
Dari kurva PPC dapat diturunkan kurva permintaan terhadap suatu barang.
Gambar 1.6. Penurunan kurva permintaan
A adalah titik keseimbangan semula. Pada tingkat harga barang X sebesar Po, banyaknya barang X yang dibeli adalah Xo dan barang Y sebanyak Yo. Apabila harga barang X turun menjadi P1, keseimbangan konsumen akan berubah. Penurunan harga barang X mengakibatkan garis anggaran berubah dari LM ke LM1 , karena kemampuan konsumen untuk membeli barang X maksimal akan bertambah dengan menurunnya harga barang X tersebut. Agar konsumen tetap memperoleh kepuasan maksimum (keseimbangan konsumen), maka konsumen tersebut memilih kombinasi konsumsi yang ditunjukkan oleh titik B yaitu perpotongan antara kurva indiferens IC2 dengan garis anggaran LM1.
Konsumen memilih kurva indiferen IC2 karena akan mendatangkan kepuasan yang lebih banyak dibandingkan dengan IC1. Jadi titik B merupakan titik kombinasi keseimbangan konsumen dengan harga barang X sebesar P1. Apabila titik keseimbangan A dihubungkan dengan titik keseimbangan B, maka akan diperoleh kurva permintaan terhadap barang X.
4.5. Efek Pendapatan dan Substitusi
Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan harganya berasal dari dua macam pengaruh (efek) yaitu :
Efek pendapatan (income effect)
Efek substitusi (substitution effect)
Efek pendapatan (income effect) : perubahan penghasilan riil konsumen sebagai akibat dari perubahan harga, sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Efek substitusi (substitution effect) : perubahan harga relatif sehingga konsumen mengubah kombinasi konsumsinya.
Gambar 1.7. Setiap efek yang mempengaruhi perilaku konsumen apabila terjadi perubahan harga.
Titik A : kombinasi konsumen sebelum harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak Xo.
Titik B : kombinasi yang mendatangkan kepuasan maksimum setelah harga berubah, jumlah barang X yang diminta sebanyak X1.
X1 – Xo : total efek
Efek pendapatan dan efek substitusi ditentukan dengan cara menggeser garis anggaran yang baru sejajar LM1 ke kanan sampai menyinggung IC1 (titik C), jumlah barang X yang diminta sebesar X2.
Xo – X2: Efek Substitusi (ES)
X2 – X1: Efek Pendapatan (EP)
ES berlawanan arah dengan perubahan harganya. Apabila harga barang turun maka ES adalah jumlah barang yang dikonsumsi naik dan sebaliknya.
EP arahnya tergantung dari jenis barang yang dikonsumsi.
ES dan EP searah maka barang yang dikonsumsi normal (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi ES > EP maka barang yang dikonsumsi inferior selain Giffen (hukum permintaan berlaku).
ES dan EP berlawanan arah tetapi EP > ES maka barang yang dikonsumsi Giffenl (hukum permintaan tidak berlaku).
4.5. Kurva Engel
Kurva Engel bagi barang Giffen mempunyai slope positif, artinya apabila penghasilan naik maka jumlah barang Giffen turun. Sebaliknya apabila penghasilan turun jumlah barang Giffen yang diminta naik.
Kondisi keseimbangan dapat berubah karena perubahan pendapatan absolut. Gambarnya adalah sebagai berikut :
Gambar 1.8. Kondisi keseimbangan
Titik A: Keseimbangan konsumen mula-mula
Titik B: Karena penghasilan konsumen naik dan anggaran untuk membeli barang X dan Y naik secara proporsional, maka menggeser garis anggaran ke kanan atas.
Titik A, B, C, apabila dihubungkan satu sama lain akan diperoleh kurva penghasilan konsumsi (Income Consumption Curve / ICC)
Dari kurva penghasilan konsumsi (ICC) dapat diturunkan kurva Engel. Kurva Engel adalah suatu kurva yang menghubungkan titik jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat penghasilan konsumen.
Untuk barang normal slope kurva Engel positif artinya apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta naik. Sebaliknya apabila kurva Engel barang X mempunyai slope negatif mengandung makna bahwa apabila penghasilan konsumen naik, maka jumlah barang X yang diminta turun. Kurva Engel yang slopnya negatif berlaku bagi barang Giffen
Latihan soal :
Ada berapa pendekatan dalam mempelajari perilaku konsumen ? Jelaskan masing-masing ?
Apa yang dimaksud dengan low of diminishing marginal utility ?
Bagaimana kepuasana maksimum konsumen dapat tercapai dari konsumsinya ?
Jelaskan mengapa kesimpulan barang yang memaksimumkan kepuasan juga merupakan suatu posisi keseimbangan bagi konsumen ?
Model apakah yang dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan pilihan konsumen antara 2 kumpulan barang jika terjadi perubahan harga, pendapatan dan lain-lain
Dalam membuat analisis keseimbangan konsumen dengan menggunakan analisis kepuasan sama, asumsi apakah yang digunakan ?
Jelaskan persamaan dan perbedaan antara price comsumption curve serta gambarkan bagaimana proses pembentukan grafiknya
Apakah guna dari efek substitusi dan efek pendapatan bagi ekonomi ?
Bagaimana kurva Engel bisa diturunkan ?
Dalam mengkonsumsi barang X dan Y, Amir memiliki fungsi kepuasan total sebagai berikut :
TU= 17 X + 20 Y – 2 X² – Y²
Bila uang yang dianggarkan Amir untuk membeli kedua barang tersebut adalah Rp. 44.000. Harga barang X adalah Rp. 6000,- dan harga barang Y adalah Rp. 8000,- tentukanlah :
Banyaknya barang X dan barang Y yang dikonsumsi agar ia memperoleh kepuasan maksimal
Pada tingkat pembelian soal (a) berapakah besarnya kepuasan total (TU), kepuasan marginal dari barang X (MUX) dan kepuasan marginal dari barang Y (MUY) yang diperolehnya
Seorang konsumen memiliki dana sebesar Rp.70.000 untuk membeli dua macam barang yaitu barang A dan B. Harga barang A Rp. 5000/unit dan harga barang B Rp. 10.000/ unit. Besarnya kepuasan total dalam mengkonsumsi barang A dan B tampak dalam tabel sebagai berikut:
Tabel : kepuasan total dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUABarang B
(unit)TUB00001501802942156313232284164429651905360621064207224747682328528
Diminta :
Hitunglah MUA dan MUB
Berapakah jumlah barang A dan B dapat dibeli konsumen agar kepuasannya maksimum dan uang yang dimilikinya habis untuk dibelanjakan pada dua barang tersebut?
JAWAB:
Tabel : kepuasan total dan kepuasan marginal dari konsumsi barang A dan B
Barang A
(unit)TUAMUABarang B
(unit)TUBMUB00-00-150501808029444215676 a)313238 a)322872416432 b)429668519026 c)536064 b)62102064206072241474765682328852852 c)
Syarat Kepuasan maksimum :
a)(3X5000)+(2X10000)=35000 (tidak mungkin
b)(4X5000)+(5X10000)=70000 (kombinasi ini yang dipilih
c)(5X5000)+(8X10000)=105000(tidak mungkin
23 Oktober 2013
Kesalahan Yang Sama,
7 Langkah Sederhana Agar Tidak Mengulang
Kesalahan yang Sama
Salah itu biasa. Orang yang takut menghadapi
kesalahan justru berisiko menjadi diri yang tidak
berkembang dan jalan di tempat. Tapi akan menjadi
tidak biasa jika kita kembali, kembali, dan kembali
mengulangi kesalahan yang sama.
Kesalahan-kesalahan yang kita lakukan itu berguna
sebagai feedback bahwa cara yang kita lakukan
belum tepat dan perlu diperbaiki. Tetapi tidak jarang
juga kita melihat bahwa justru terulang kembali
kesalahan-kesalahan lama yang dibuat. Nah, kali ini
saya ingin berbagi tips mengenai 7 langkah yang
bisa diterapkan agar kita tidak lagi mengulangi
kesalahan yang sama.
‘Tafakkur 1 jam, lebih baik dari ibadah 1 tahun”.
Sepintas, ungkapan Imam Syafi’I itu berlebihan.
Bagaimana mungkin sebuah amal yang dilakukan
dalam rentang 1 jam, bisa lebih baik dari ibadah
selama 1 tahun?
Ungkapan Imam Syafi’I itu tentu tidak disampaikan
dalam konteks perbandingan yang saling menafikan
antara satu dengan yang lain. Imam Syafi’i tidak
mengajak agar orang melakukan tafakkur 1 jam, lalu
tak perlu beribadah selama satu tahun. Sama sekali
tidak. Ia hanya ingin menekankan pentingnya
merenung, menghisab diri, mengevaluasi amal yang
telah lalu, menekuri hidup dan seterusnya. Sikap ini
sangat penting dan bahkan menjadi syarat seseorag
untuk mampu memiliki kualitas ibadah yang lebih
baik.
Ada beberapa langkah yang bisa kita lakukan agar
kita terbiasa mengambil pelajaran dari masa lalu,
baik dari apa yang telah dilakukan diri sendiri,
maupun orang lain.
1.Merenung, bermuhasabah atau mengevaluasi amal
dalam satu har
2.Memiliki agenda harian untuk mengevaluasi amal-
amal yang telah dilakukan.
3.Biasakan menilai dan mempertajam kontrol
terhadap diri sendiri.
4.Sadarilah bahwa belajar dari pengalaman akan
menambah kedewasaan da kebijakan dalam
menyikapi hidup.
5.Ketahuilah, bahwa dalam batas tertetu kesalahan
dan kekelirua adalah lumrah.
6.Selami sejarah orang-orang yang hidup di masa
lalu.
7.Seringlah berdiskusi, bertukar pengalaman, saling
menasehati dengan orang-orang sholih tentang
berbagai fenomena hidup.
Pertama; Merenung, bermuhasabah atau
mengevaluasi amal dalam satu hari
Kebiasaan seperti inilah yang dilakukan seorang
sahabat yang menurut Rasulullah sebagai ahli surga.
Dalam hadits shahih disebutkan dalam 3 kesempatan
Rasulullah menyinggung kedatangan sahabat calon
penghui syurga itu di dalam majelis para sahabat.
Ahli syurga itu ternyata bukan ahli ibadah yang
kuantitas ibadahnya melebihi para sahabat lain. Ia
hanya kerap melakukan evaluasi diri mejelang
tidurnya setiap malam lalu ia hapus semua rasa
gundahnya pada sesama muslim.
Dalam kitab ‘Bukaul Mabrur’ yang mengulas tentang
tangisan orang2 sholih disebutkan perkataan
salafusholih: “Para orang tua kami selalu menghitug
diri dari apa yang mereka perbuat dan apa yang
mereka ucapkan, kemudian mereka menulisnya dalam
sebuah daftar. Setelah sholat ‘Isya, mereka
meneluarkan daftar amal dan ucapannya kemudian
menimbangnya. Jika amalan yang diperbuat buruk
yang perlu istighfar maka mereka bertaubat da
beristighfar. Namun jika amalan baik dan perlu
disyukuri, merekapun bersyukur kepada Allah hingga
mereka tidur. Kami pun mengiikuti jejak mereka.
Kami mencatat apa yang kami perbuat dan
menimbangnya”.
Kedua; Memiliki agenda harian untuk mengevaluasi
amal-amal yang telah dilakukan.
Agenda harian ini berisi daftar amal harian yg
dianggap wajib dilakukan. Misalnya; Memulai
pekerjaan dengan Bismillah, Membaca Istighfar
minimal 100kali, Membaca Al-Qur’an sekian halaman,
dsb. Sebaliknya catat pula alasan, problem dana
hambatan yang menjadikan kita tidak mampu
menunaikan amal-amal harian tersebut. Mencatat
hambatan amal-amal baik akan menjadi bahan
pengalaman agar bisa diantisipasi pada waktu
selanjutnya.
Sebagaimana setiap orang akan menerima lembaran2
amalnya selama di dunia pada pengadilan akhirat
nanti, setiap muslim sangat diajurkan untuk
menghitung-hitung sendiri amal-amalnya sejak di
dunia. Tujuannya jelas, agar segala keburukan tidak
terulang, dan segala kebaikan terpelihara bahkan
lebih baik lagi. Umar r.a memberi nasehat, “Hasibuu
anfusakum, qobla an tuhasabuu”. Hisablah amal-
amal kalian sendiri, sebelum amal-amal kalian di
hisab (oleh Allah di hari kiamat).”
Imam Hasan Al Bashri mengatakan, “Sesungguhnya
penghisaban di hari kiamat akan ringan bagi kaum
yang telah menghisab amalannya di dunia, begitu
pula sebaliknya penghisaban di hari kiamat akan
berat bagi orang yang tidak menghisab amalannya di
dunia”.
Ketiga; Biasakan menilai dan mempertajam kontrol
terhadap diri sendiri.
Seseorang yang takjub dengan pribadi Hasan Al-
Bishri pernah bertannya, “Siapa yang mendidikmu
memiliki pribadi seperti ini?” Hasan Al-Bishri
menjawab pendek. “Diriku sendiri”. “bagaimana bisa
seperti itu?” Tanya orang itu lagi. Hasan
menguraikan, “Jika aku melihat keburukan pada
orang lain, aku berusaha menghindarinya. Jika aku
melihat kebaikan pada orang lain, aku berusaha
mengikutinya. Dengan begitulah aku mendidik diriku
sendiri…”
Sikap Ulama sholih generasi tabi’in itu jelas
menekankan pentingnya seseorang mengambil
pelajaran sebuah peristiwa. Teorinya sederhana,
meniru yang baik dan menghindari yang tidak baik.
Tapi hasilnya, prinsip itulah yang menghadirkan
pribadi yang menakjubkan. Apa yang
melatarbelakangi Hasan Al-Bashri berprinsip seperti
itu? Tidak lain untuk menghindari kekeliruan masa
lalu, baik yang dilakukan diri sendiri maupun orang
lain. Itu kuncinya, sehingga dari hari ke hari ia selalu
berupaya memperbaiki kepribadiannya
Keempat; Sadarilah bahwa belajar dari pengalaman
akan menambah kedewasaan da kebijakan dalam
menyikapi hidup.
Semakin banyak orang bercermin terhadap masa lalu,
maka ia akan semakin bijaksana dalam menentukan
langkah. Saat mendapat kelapangan, seseorang tidak
mudah larut oleh kesenangan. Ia berfikir bahwa ada
kalanya lapang dan ada kalanya sempit. Saat
medapat kesulitan, ia juga tidak mudah hanyut.
Karena ia berfikir bahwa kesulitan akan silih berganti
dengan kemudahan dst. Perbandingan seperti ini
membuat seorang mukmin tetap bersyukur apapun
kondisi yang ia alami. Itulah variasi dan itulah wujud
kesempurnaan hidup sehingga saling melengkapi.
Tanpa sikap seperti ini orang akan mudah terkena
peyakit jiwa. Mudah gelisah dan selalu merasa tidak
puas. Ia bahkan sulit merasa bahagia karena selalu
terombang ambing oleh dinamika hidup itu sendiri.
Kelima; Ketahuilah, bahwa dalam batas tertetu
kesalahan dan kekelirua adalah lumrah.
Allah SWT tidak menciptakan manusia sempurna.
Selalu saja ada manusia yang lebih disini dan kurang
disana. Atau sebaliknya, lebih disana dan kurang
disini. Sehingga prinsipnya jangan takut gagal dalam
beramal. Tidak jarang, kegagalan dan kesalahan
merupakan batu loncatan ke arah kebaikan.
Setidaknya ia menjadi sprit untuk melakukan
penebusan. Makna ini antara lain yang terkandung
dalam pesan Rasulullah agar kita mengiringi segala
keburukan yang kita lakukan dengan kebaikan.
“Bertakwalah kamu kepada Allah di mana saja kamu
berada. Dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan,
niscaya kebaikan itu akan menghaopus keburukan”.
(HR.Bukhari dan Muslim)
Keenam; Selami sejarah orang-orang yang hidup di
masa lalu.
Dengan mengetahui masa lalu, berarti seseorang
memiliki modal informasi berharga sebagai bekal
perjalanan yang ia lakukan di masa mendatang.
Peristiwa apapun, baik dilakukan oleh sebuah
generasi maupun orang per orang, harus menjadi
cermin perbandingan melangkah ke depan.
Kehidupan ini tak ubahnya cermin pengulangan masa
lalu. Silih berganti antara keberhasilan dan
kegagalan, kemenangan dan kekalahan, kebahagiaan
dan kesediahan. Semua berputar dan berganti bagai
pergantian siang dan malam. Firman Allah SWT, “Dan
hari-hari itu kami pergilirkan di antara
manusia…” (QS.Al Imran:140).
Itulah hikmah penjabaran sejarah perjuangan para
Rosul dan Nabi yang tertuang dalam Al-Qur’an. Allah
SWT membina mental perjuangan Rosulullah dan
para sahabatnya melalui uraian panjang tentang
perjuangan para Nabi dan Rosul sebelum mereka.
Jejak sejarah perjuangan itulah yang akan menjadi
rambu bagi umat manusia sepanjang zaman dalam
menegakkan kebenaran.
Fir’aun hanya satu tokoh sejarah yang diungkapkan
Al-Qura’an. Ia merupakan symbol penguasa yang
melakukan kekejaman dan penindasan terhadap
rakyat, sekaligus memusuhi ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh Nabiyullah Musa AS. Melihat sejarah
sepak terjang Fir’aun, manusaia diajak mengerti
bagaimana bahaya nya kejahatan yang datang dari
sebuah kekuasaan. Lebih berbahaya dari kejahatan
kriminal berupa pembunuhan atau perampokan. Kisah
fir’aun juga memberi gambaran kepada para penegak
kebenaran bahwa mereka aka selalu menghadapi
gembong-gembong kejahatan. Karena setiap zaman
memiliki ‘Fir’aun’ nya sendiri.
Ketujuh; Seringlah berdiskusi, bertukar pengalaman,
saling menasehati dengan orang-orang sholih
tentang berbagai fenomena hidup.
Seorang pemikir menyebutkan, “Manusia itu ibarat
burung yang bersayap sebelah”. Tak mungkiin bisa
terbang, jika ia tak memiliki sayap pasangannya.
Maka, ia hanya bisa terbang kalau mau berpelukan
erat-erat dan berkerjasama dengan orang lain.
Begitulah analoginya, setiap orang memerlukan
bantuan orang lain untuk bisa berhasil dalam hidup.
Apa artinya?
Setiap orang harus saling memberi dan membantu
satu sama lain. Rosulullah mengistilahkan hal ini
dengan sabdanya “Setiap mukmin adalah cermin bagi
saudaranya yang lain”. Cermin, sumber informasi
paling akurat dan jujur tentang berbagai fenomena.
Cermin tempat memperoleh penilaian tentang diri,
kapanpun dan dimana pun. Cermin juga pandai
menyimpan informasi hanya pada pihak yang
langsung terkait dengan informasi itu.
Roda kehidupan takkan pernah berhenti bergulir. Hari
demi hari terus berjalan. Tugas kita adalah
memanfaatkan kesempatan hari ini untuk menyosong
hari esok. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya
membuat kita menjadi lebih baik dari yang terlah
lalu. Terlalu banyak pelajaran yang seharusnya
menjadikan kita berhati-hati dan berhitung matang
untuk melangkah. Terlalu banyak peringatan untuk
menyadarkan kita agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama. Ingat, jangan sampai terantuk pada batu
yg sama.
15 Oktober 2013
EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan bagi Allah, Tuhan semesta alam, Tuhan seluruh manusia yang terdahulu dan yang akan datang, yang berkat nikmat serta hidayahNya, makalah ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam juga selalu kami haturkan kepada uswatun khasanah, Nabi Muhammad SAW, beserta para sahabatnya. Makalah ini mengambil tema tentang bahasa Indonesia dan generasi muda,dengan judul “Ejaan Yang Disempurnakan”. Lewat makalah ini, diharapkan generasi muda yang kelak akan meneruskan perjuangan untuk memajukan bangsa Indonesia, dapat memiliki budi pekerti luhur, berakhlak mulia, dan sikap yang santun, setelah memahami dan menghayati penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas ujian akhir semester mata kuliah “Bahasa Indonesia” yang diampu oleh Ibu Ikha Listyarini, S.PD., M.HUM. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami meminta maaf jika dalam makalah ini masih ditemukan beberapa kekeliruan. Demikian, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Terimakasih.
Demak, 23 April 2003 Penulis
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL............................................................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................................iiDAFTAR ISI ....................................................................................................................iiiA. Pengantar ................................................................................................ .......................1B. Pembahasan C. IsiC. Penutup ......................................................................................................................... 10DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................11
PENDAHULUAN
Penulis berasumsi bahwa EYD, belum digunakan secara benar dan sempurna dalam suasana resmi (fomal). Terbukti hampir sebagian besar dalam suasana resmi masih banyak orang yang tidak menggunakan ejaan EYD dengan benar.Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah bahasa Indonesia yang diampu oleh Ibu Ikha Listyarini,S.PD.,M.HUM. Tugas ini diberikan pada awal semester karena tugas yang diberikan adalah untuk menjelaskan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). Dalam makalah ini dijelaskan tentang cara penulisan EYD yang benar dan baku dan Bukti Peran Penting Bahasa Indonesia. Adapun yang akan dijelaskan pada makalah ini yaitu cara menulis yang benar sesuai dengan EYD. Judul makalah ini adalah ejaan yang disempurnakan (EYD). Sedangkan EYD sendiri merupakan suatu aturan dalam tata bahasa Indonesia yang benar dan baku. Apabila kita sudah bisa menggunakan EYD dengan benar dan baik pasti bahasa yang kita gunakan pada saat berkomunikasi dalam keadaan yang formal akan sempurna.
Penggunaan Huruf Kapital
Jabatan tidak diikuti nama orang
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
4
Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
Penulisan Huruf Miring
Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport.5
Penulisan kata ilmiah
Butir 3 pedoman penulisan huruf miring menegaskan, huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya. Contoh, royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.
Penulisan Kata Turunan
Gabungan kata dapat awalan akhiran
Butir 3 pedoman kata turunan menegaskan, jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, bertepuk tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
Gabungan kata dalam kombinasi
Butir 4 pedoman penulisan kata turunan menyatakan, jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai. Contoh, antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
Penulisan Gabungan Kata
Penulisan gabungan kata istilah khusus
Butir 2 pedoman penulisan gabungan kata mengingatkan, gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat6
ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan. Contoh; alat pandang- dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.
Penulisan gabungan kata serangkai
Butir 3 pedoman penulisan gabungan kata menegaskan, gabungan kata berikut harus ditulis serangkai. Contoh, acapkali, adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.
PENULISAN PARTIKEL
Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah.
Penulisan partikel pun
Butir 2 tentang penulisan partikel mengingatkan, partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Penulisan partikel per
Butir 3 tentang penulisan partikel menyebutkan, pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
7
PENULISAN SINGKATAN
Pedoman EYD menegaskan, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Penulisan singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.
Penulisan singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
PENULISAN AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
8
Akronim nama diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim
PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
9
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
PENULISAN LAMBANG BILANGAN
Dari delapan jenis penulisan bilangan yang diatur dalam Pedoman EYD, empat diantaranya perlu dibahas disini. Ini mengingat apa yang dibolehkan dalam Pedoman EYD, belum tentu dibolehkan pula dalam bahsa jurnalistik.
Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Penulisan lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
10
Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. (ash3).com
Penggunaan Tanda Baca
Tanda Titik (. )
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
Muh. Yamin
Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum) Dr. (Doktor)
Tanda Koma ( , )
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. Satu, dua, . . . tiga!
11
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Tanda Titik Koma (; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagianbagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
Tanda Titik Dua ( : )
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnva: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonorni Umum dan Ekonomi Perusahaan.
12
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: a. Ketua : Ahmad Wijaya Sekretaris : S. Handayani Bendahara : B. Hartawan
b. Tempat sidang : Ruang 104 Pengantar Acara : Bambang S. Hari : Senin Jam : 9.30 pagi
Tanda Hubung ( - )
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
... ada cara ba-
ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
13
Misalnya:
.. . cara baru meng-ukur panas.
... cara baru me-ngukur kelapa.
... alat pertahan-an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
berulang-ulang
dibolak-balikkan
kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Tanda Pisah ( - )
Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
14
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Tanda Elipsis ( ... )
Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Tanda Tanya ( ? )
Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya Misalnya: Kapan ia berangkat? Saudara tahu bukan?
Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
Tanda Seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
15
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu! Bersihkan kamar ini sekarang juga! Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya! Merdeka!
Tanda Kurung ( )
Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut: (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
Tanda Kurung Siku ([... ])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
16
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
Tanda Petik ("... ")
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal. "Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?" "Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang', dan rasa letihku lenyap seketika," ujar Pak Hamdan.
Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
17
Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.
Misalnya: kata2 lebih2 sekali2
Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi harganya Rp 15,00/lembar Jalan Daksinapati IV/3
Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ' )
Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya: Ali 'kan kusurati ('kan = akan) Malam 'lah tiba ('lah = telah)